Kamis, 02 Agustus 2012

pembibitan


Usaha pembibitan tanaman buah-buahan adalah usaha memperbanyak tanaman buah-buahan dengan menggunakan perbanyakan secara vegetatif seperti stek, cangkok, okulasi, grafting ,dan kultur jaringan. Keuntungan perbanyakan secara vegetatif antara lain sifat tanaman yang sesuai dengan sifat tanaman induknya, mempercepat tanaman berbuah atau memperpendek masa juvenile .
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan banyak terdapat di Indonesia, sebagai contoh Majalengka terkenal sebagai sentra produksi bibit mangga, rambutan dan jeruk, Lampung terkenal sebagai sentra produksi bibit rambutan dan Bogor terkenal sebagai sentra produksi bibit durian. Untuk Kawasan Indonesia Tengah, Bali merupakan salah satu sentra produksi bibit tanaman buah-buahan. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan yang terus berkembang ini diharapkan dapat memenuhi permintaan perkebun buah terhadap bibit tanaman buah-buahan sehingga produksi buah meningkat dan dapat memenuhi konsumsi buah dalam negeri.
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di Kabupaten Buleleng berada di wilayah Kecamatan Sawan dan Kabutambahan. Usaha ini telah berkembang sejak tahun 1979 dan merupakan usaha milik perorangan serta dikelola secara sederhana. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di Kabupaten Buleleng dipengaruhi oleh ketersediaan air sepanjang tahun, ketersediaan pohon induk penghasil mata tempel untuk batang atas dan ketersediaan biji untuk batang bawah. Irigasi di wilayah ini menggunakan sistem subak sehingga memungkinkan air tersedia sepanjang tahun. Pada wilayah ini pohon induk penghasil mata tempel yang tersedia adalah durian Kani, mangga Arumanis dan Lalijiwa, rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah.

dampakkonversi lahan


Dampak negatif akibat konversi lahan sawah merupakan akibat lanjutan dari rusaknya ekosistem sawah. Sampai saat ini memang belum ada suatu penelitian yang secara komprehensif mengkaji persoalan ini. Tak dapat diingkari bahwa untuk wilayah tropis maka fungsi sawah pada musim penghujan bukan sekedar lahan yang dipergunakan untuk budi daya padi, tetapi juga merupakan hamparan yang efektif untuk menampung kelebihan air limpasan. Secara teknis, areal persawahan telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga sebagian dari air limpasan tertampung di areal persawahan dengan tinggi genangan yang tidak berdampak negatif terhadap pertumbuhan tanaman padi (Sumaryanto dkk, 1995). 
Dilihat dari sudut pandang sosial ekonomi, konversi lahan sawah yang terjadi pada suatu hamparan yang cukup luas dengan sendirinya mengubah struktur kesempatan kerja dan pendapatan komunitas setempat. Sudah barang tentu sebagian dari mereka justru mengalami perbaikan kesejahteraan, terutama bagi pemilik lahan yang sejak semula merupakan bagian dari lapisan atas penduduk setempat. Untuk golongan bawah (terutama buruh tani) yang terjadi adalah sebaliknya. Sebagian besar dari mereka tidak dapat secara otomatis beralih pekerjaan atau usaha ke sektor nonpertanian sehingga yang terjadi kemudian adalah kondisi semakin sempitnya peluang usaha yang mereka hadapi.