Penyambungan
Bibit
Menurut
Bernardinus (2006: 30), penyambungan
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sambung pucuk dan okulasi.
a). Sambung pucuk
Sambung
pucuk merupakan penyatuan pucuk (batang atas) dengan batang bawah sehingga
terbentuk tanaman baru yang cocok secara kompleks. Teknik sambung pucuk ini
membutuhkan peralatan seperti alat pemotong (silet, cutter, atau pisau khusus untuk okulasi) plastik, tali raffia atau
tali plastik. Tahapan penyambungan sebagai berikut:
1. Batang
bawah yang sudah siap disambung dipotong kira-kira 20 cm dari leher akar atau
lebih kurang sekitar 2-3 cm di atas batang yangbberwarna hijau dan coklat.
Permukaan batang yang telah dipotong ini kemudian dibelah menjadi dua, setiap
bagian sama besarnya. Panjang belahan sekitar 2 – 5 cm.
2. Batang
atas yang akan disambungkan berupa pucuk cabang yang masih lengkap dengan
kuncupnya dan dalam keadaan paling tua. Besar cabang yang digunakan harus sama
besar dengan batang bawah dan dipotong sepanjang 2 – 3 ruas. Selanjutnya,
daun-daun di batang atas ini dibuang dan disisakan tiga helai yang terletak
paling ujung. Sisa daun paling ujung ini dipotong dan disisakan seperempatnya
saja. Pangkal batang kemudian diiris miring di kedua sisinya sampai mengenai
bagian kayunya.
3. Batang
atas yang sudah dipotong miring tadi disisipkan ke dalam belahan di ujung
batang bawah. Kemudian, sambungan tadi diikat dengan tali rafia dan dikerudungi
dengan plastik.
b) Okulasi
Okulasi
adalah penempelan mata tunas dari pohon induk durian terpilih ke batang bawah
yang sudah disiapkan. Untuk okulasi peralatan dan batang bawah yang digunakan
sama dengan peralatan dan batang bawah pada sambung pucuk. Perbedaannya batang
bawah pada okulasi harus sudah berumur lebih kurang 15 bulan. Tahap pelaksanaan
okulasi antara lain:
1. Pilih
batang bawah yang sudah berumur kurang lebih 15 bulan dan dalam keadaan sehat.
Kurang lebih 20 cm dari pangkal batang dibuat irisan yang berbentuk huruf T
atau disayat sepanjang lebih kurang 2 cm.
2. Mata
tunas yang terpilih disayat dengan bentuk bulat atau persegi dengan panjang
kurang lebih 1,5 cm mengelilingi mata tunas. Dalam pengambilan mata tunas ini
harus diikutsertakan kambiunnya. Sebab, bila mata tunas yang diambil tidak ada
kambiumnya bisa dipastikan okulasi yang dikerjakan gagal.
3. Mata
tunas yang sudah diperoleh disisipkan di bawah kulit batang pokok yang telah
diiris. Dalam penyisipan atau penempelan mata tunas tidak boleh terkena kotoran
pada kambiumnya karena dapat mengganggu penyatuan antara mata tunas dan batang
pokok.
4. Selanjutnya
dilakukan pengikatan pada batang dengan tali plastik. Pengikatan ini dilakukan
di seluruh batang yang telah disayat kecuali tepat di mata tunas.
Dalam
waktu dua minggu keberhasilan sambung pucuk dan okulasi sudah dapat dilihat
yaitu pada mata tunas masih berwarna hijau dengan ujung kemerahan dan
memperlihatkan tanda-tanda perkembangan tunas. Sedangkan pada sambung pucuk dan
okulasi yang gagal akan terlihat mata tunas yang telah kering. Pada bibit yang
diokulasi, yang mata tunasnya sudah tumbuh, batang atas tanaman asli dipotong
lebih kurang 1 cm di atas mata tunas. Bekas potongannya diolesi dengan
fungisida untuk mencegah penyakit jamur (Bernardinus, 2006: 34).
Selama
dalam proses penyambungan atau penempelan tersebut tanaman harus secara kontinu
disiram. Setelah tunas atau sambungan tadi mengeluarkan daun baru dan subur,
diberikan pupuk, bisa menggunakan pupuk NPK atau pupuk daun. Pada umur 8 – 10
bulan sejak penempelan tanama durian sudah bisa dipindahkan ke areal penanaman
(Bernardinus, 2006: 34).
1. Pendapatan
Menurut Kartasapoetra (1989
: 18) mengatakan bahwa pendapatan merupakan jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan setiap tahunnya yang dapat diukur dengan uang dan masih merupakan
pendapatan kotor. Setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan barulah
disebut denan pendapatan bersih.
Menurut Winardi 2003 menyatakan bahwa pada
dasarnya pendapatan dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu :
a)
Upah (wage) yang diterima oleh pemilik faktor produksi tenaga kerja.
b)
Sewa (rent) yang diterima oleh pemilik faktor produksi alam (tanah).
c)
Bunga (interst) yang diterima oleh pemilik modal.
d)
Laba (profit) yang berupa pendatan yang diterima pemilik faktor (skill).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar