KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nyalah makalah yang berjudul "Alat Pemindah Data Hasil Interpretasi Citra” dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat sebagai tugas pembelajaran kelompok dalam mata
kuliah penginderaan jauh.
Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai
pihak, baik berupa bantuan spiritual maupun moril. Karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Made Suryadi, M.Si dan I Gede Budiarta, S.pd selaku dosen mata kuliah Penginderaan Jauh
2. Rekan-rekan mahasiswa jurusan
pendidikan geografi yang dalam hal ini telah banyak membantu dalam mencari materi baik di buku maupun di internet.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,
maka dari itu kritik dan saran dari berbagai pihak penulis harapkan, demi
kesempurnaan makalah ini, walaupun demikian penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Singaraja, 05 Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2.
Rumusan Masalah
1.3.
Tujuan
1.4.
Maanfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
ALat Pemindah Data Hasil Intepretasi Citra
2.2. Alat Pemindah Data Stereoskopik
2.3.
Alat Analisis Digital
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
3.2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa
ini ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi berkembang dengan sangat pesat.
Dimana dengan kemajuan tersebut memudahkan manusia atau masyarakat untuk
mendapatkan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang diinginkan untuk
kepentingan perorangan maupun kelompok atau
instansi terkait yang digunakan untuk mengambil kebijakan kedepannya
terkait dengan penataan ruang, salah satunya mendapatkan informasi, ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat kompleks tersebut adalah penginderaan
jauh.
Penginderaan jauh adalah ilmu, seni, dan tehnik yang dikembangkan untuk
memperoleh informasi dengan menggunakan alat (sensor) tentang objek, daerah,
atau gejala dengan jalan menganalisis data tanpa kontak langsung dengan objek,
daerah, atau gejala yang dikaji. Dengan perkembangan penginderaan jauh
yang terus berkembang , ini sangatlah mennguntungkan bagi peneliti- peneliti
yang mengunakan penginderaan jauh sebagai pedoman untuk membuat peta unit
lahan, analisis keruangan atau penataan ruang. Dimana data yang dihasilkan dalam penginderaan jauh sangatlah kompleks,
dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan penguna dari hasil penginderaan jauh
tersebut.
Dalam penginderaan jauh, selain
membutuhkan tenaga tenaga elektromagnetik yang digunakan untuk menghasilkan dan
mengirimkan data atau informasi yang direkam. Alat pemindah data hasil
interpretasi citra sangatlah penting terkait dengan hasil akhir informasi atau data yang diperoleh penguna.
Dimana alat yang digunakan dalam pemindahan data hasil interpretasi citra
sangatlah beranekaragam, sehinga perlu untuk kita cari dan dipelajari jenis dan
alat-alat apa saja yang digunakan dalam pemindahan data hasil interpretasi
citra tersebut baik secara manual maupun digital.
1.2. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang yang telah dibuat, kami
dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1. Apa saja jenis-jenis dari
alat pemindah data Planimetrik?
1.2.2. Apa saja jenis-jenis dari
alat pemindah data Stereoskopik?
1.2.3. Bagaiman persyaratan untuk
dapat melaksanakan analisis digital ?
1.3. Tujuan
1.3.1.
Untuk dapat mengetahui jenis-jenis dari
alat pemindah data Planimetrik.
1.3.2. Untuk dapat mengetahui
jenis-jenis alat pemindah data Stereoskopik.
1.3.3. Untuk dapat mengetahui
bagaimana persyaratan yang diperlukan untuk dapat melaksanakan anlisis digital.
1.4. Maanfaat
Maanfaat yang dapat diperoleh dalam
penulisan makalah ini adalah
Dengan adanya penulisan makalah ini,
banyak maanfaat yang diperoleh. Bagi penulis mendapatkan maanfaat teoritis. Dan
sangat bermaanfaat bagi mahasiswa jurusan pendidikan geografi untuk menambah
wawasannya tentang alat yang digunakan untuk pemindahan data hasil interpretasi
citra pada khusunya, dan bagi masyarakat luas pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. ALat Pemindah Data Hasil Intepretasi
Citra
Baik interpretasi citra secara
stereoskopik maupun nonstereoskopik hasil interpretasinya digambarkkan pada
lembaran yang tembus cahaya. Ukuran lembaran tembus cahaya ini sebesar ukuran
citra bagi interpretasi non stereoskoppik. Daerah penilitian pada umumnya
terdiri dari lembaran citra yang jumlahnya dapat mencapai puluhan, ratusan dan
bahkan ribuan lembar. gambaran kecil yang jumlah banyak tidak menguntungkan karena
tidak ada cara mengamati daerah penelitian dengan sekali pandang saja. Hasil
interpretasi citra yang tergambar kecil dengan jumlh yang banyak itu pertama
harus dipindahkan ke peta dasar terlebih dahulu. Dimana pemindahannya
memerlukan alat pemindah data. Pemindahanya dilakukan ke peta yang geometrinya
yang teliti. Karena peta mengambarkan obyek seperti tampaknya bila dilihat dari
atas. Sedangkan foto udara mengambarkan obyek secara sentries seperti tampak
pada kamera atau sensor lainnya, letak obyek pada foto udara tidak sama dengan
letak obyek yang ada dipeta.Sehingga dalam pemindahan data hasil interpretasi
citra ke dalam peta perlu dilakukan koreksi dengan mengunakan alat pemindah
data menentukan ketelitian alat itu.
Estes dan Simonett (1975) dan Light
(1980) mengatakan bahwa alat pemindah data hasil interprets citra dapat
digolongkan mmenjadi dua yaitu : alat
pemindah data hasil interpretasi citra Planimetrik dan alat pemindah data
stereioskopik
2.1.1. Alat pemindah data Planimetrik
Alat pemindah data Planimetrik dapat
dibedakan menjadi dua yaitu : 1) alat yang berdasarkan atas prinsip kamera
lusida atau jenis kamera lusida dan 2)
Proyektor optic.
1). Jenis Kamera
Lusida
Alat jenis ini telah lama digunakan,
yakni sejak adanya foto udara. Pada alat ini kita mengamati dua gambaran
tumpang tindih, yaitu hasil interpretasi citra dan peta dasar yang menyajikan
gambaran yang sama atau sekurang-kurangnya menyajikan titik untuk menemukan
letak obyek yang benar. Operator dapat menyetel alat ini hingga gambaran pada
lembaran hasil interpretasi citra persis terletak pada gambaran pada peta
dasar. Dengan demikian berarti ada koreksi letak obyek, artinya letak
obyek pada lembaran hasil interpretasi
yang mungkin tergeser oleh topografi atau oleh Tilt, telah dikoreksi hingga
tingkat ketelitian tertentu.
Alat pemindah data jenis kamera
lusida yang diutarakan pada buku ini ada empat buah yaitu: (a) sketsmaster
vertical. (b) aero- sketchmaster (c) rectoplaningraph dan (d) zoom transfer
scope.
a) Sketmaster vertical
Alat ini mengunakan cermin semi
transparan pada bagian pengamatan dan sebuah cermin diatas foto udara. Pengamat
melihat pada peta dasar melalui ceermin semi transparan dan sekaligus melihat
gambaran foto yang dipantulkan oleh cermin diatas foto itu. alat ini dapatdi
tinggikan dan di rendahkan melalui penyangganya. untuk mengatur gambaran pada
foto agar berimpit dengan gambaran pada peta yang dapat di bandingkan
kedudukanyadengan jalan memutar sekrup pada kakinya. lensa di bawah cermin
transparan dapat diganti dengan lensa lain yang daya pembesaranya berbeda-beda.
hal ini perlu bila dalam pemindahan data hasil interpretasi citra diperlukan
pembesaran atau pengecilan skala. sketsmaster vertical ini .
b) Aero-
Sketchmaster
Aero- Sketchmaster menggunakan
prisma ganda pada bagian pengamatan dengan permukaan yang memantulkan dan
mentranmisikan sinar secara penuh. ia di pegang oleh batang vertical yang
diikatkan pada pelat penyangga. dengan menyetel ketinggian bagian pengamatan,
ukuran dan skala peta yang harus di pindahkan dapat di sesuaikan. pelat
pemegang foto dapat di gerakan ke segala arah.
pada alat ini
pengamat mengamati foto udara yang terletak di ataspeta dengan kemiringan
bagian pengamatan sebesar 45 alat ini di lengkapi dengan serangkaian lensa yang
terdiri dari 14 buah. gerakan pemegang foto berkisar dari 4,7 inci hingga 13,4
inci. rasio skala foto dan skala peta berkisar dari 1:0,4 hingga 1:2,8.
c)
Rectoplanigraph
Alat ini menggunakan prisma ganda
dengan permukaan yang memantulkan secara sempurna dan mentranmisikan seper dua
sinar yang mengenalinya. ia dapat di gunakan dengan foto udara yang di buat
dengan panjang focus dari 6 inci hingga 15 inci. penyangga fotonya dapat di
putar hingga 360. alat ini juga dapat di gunakan untuk foto condong dengan
kecondongan hingga 70 terhadap garis vertical. Rectoplanigraph di sajikan pada gambar 7.33.
d) Zoom Transper
Scope
Zoom Transper Scope merupakan jenis
kamera lusida yang memiliki beberapa keunggulan
yaitu : (1)
pembesaran dengan zoom atau pergantian lensa, yaitu dari satu kali hingga empat
kali,
(2) penyesuaian
skala foto dan skala peta dapat di lakukan dengan tepat dan cepat, (3) dapat di
gunakan dengan citra cetakan maupun tranparensi, (4) memungkinkan pemutaran
citra, pembesaran yang berbeda sepanjang sumbu x dan sumbu y. , dan (5) ada dua
jenis alat yaitu untuk pemindahan data planimetrik dan data stereoskopik
(light, 1980 ;paine,1981) bagi citra yang skalanya kecil seperti citra landsat
pun dapat di pindahkan datanya dengan Zoom Transper Scope ini.
2.1.2. Proyektor Optic
Memantulkan gambaran pada foto ke
peta. pantulanya dapat diarahkan ke bawah yaitu peta yang di letakan di meja,
atau pada bagian belakang permukaan kaca buram. bila di proyeksikan ke kaca
buram, peta harus sekurang-kurangnya harus bersifat semi transparan agar di
mungkinkan penggambaranya. kedua jenis proyektor optic ini memerlukan ruang
gelap (paine, 1981)
proyektor optic
digunakan untuk memindahkan data dari foto udara vertical.
keunggulan alat ini adalah: , (1)
perubahan skalanya atau pembesaranya cukup besar, (2) daerah kerjanya luas dan
memperoleh penyinaran cukup terang, dan (3) posisi kerjanya enak.
kelemahanya ialah: , (1) ukuran alatnya
besar, (2) memerlukan ruang gelap atau setengah gelap, operasi kerjanya mahal,
dan (3) tidak ada koreksi terhadap tilt (estes dan simonett, 1975)
ada dua alat
proyektor yang di kemukakan di sini yaitu : (a) proyektor pantulan buatan kail,
dan (b) map-0-graph.
(a) proyektor
pantulan buatan kail
Alat ini merupakan proyektor
pantulan ganda yang di buat pada sebuah meja. foto di letakan di kaca sebelah
kiri dengan menghadap ke bawah. gambarnya di proyeksikan pada kaca sebelah
kanan. foto yang di proyeksikan boleh berupa foto cetakan yang tak tembus
cahaya, akan tetapi bahan yang di gunakan untuk menggambarkan harus berupa
bahan transparan atau semi transparan.
alat ini di buat
dengan dua metode yaitu metode k-3 dan model k-5. ukuran proyektor model k-3
ialah panjang 6 kaki dan tinggi 3 kaki. perubahan skalanya ialah pengecilan
sebesar 3:1 atau pembesaran 1:3. kaca tempat foto pada model k-5 berukuran 14
inci x 14 inci. sedangkan kaca tempat penggambaranya berukuran 14 inci x 36
inci. pembesaranya dan pengecilan skalanya ialah 4,5:1 dan 1:4,5 ukuran
proyektor optic model k-5 ialah
tingginya 3 kaki, panjang 8 kaki dan
lebar 3 kaki (light, 1980).
(b) Map-O-Graph
Model 55 memproyeksikan citra
berukuran 11 inci x 11 inci. bukan hanya citra yang dapat di proyeksikan,
melainkan juga peta, atau dokumen lain. bagian yang di proyeksikan dapat di
samakan skalanya dengan skala aslinya, di perbesar lima kali, atau di perkecil
lima kali. bila di gunakan lensa khusus, pembesaranya atau pengecilanya dapat
di tingkatkan menjadi tujuh kali.
2.2. Alat Pemindah Data Stereoskopik
Ada dua keunggulan alat pemindah
data stereoskopik yaitu: (1) dapat di hilangkanya pergeseran letak oleh tilt
dan topografi, dan (2) tidak selalu di perlukan deliniasi stereoskopik sebelum
pemindahan datanya (paine, 1981) , selanjutnya paine membedakan alat ini atas
dua kategori yaitu: (1) alat yang menggunakan diapositif, light (1980) juga
membedakan alat ini atas dua kategori yaitu: (1) jenis stereometer, dan (2)
proyeksi ortografik. untuk perbincangan ini akan di ikuti pembagian oleh paine.
2.2.1..Alat
stereoskopikkan pada dengan cetakan pada kertas
Cetakan pada kertas yaitu citra
yang dicetak dengan kertas,bukan diaposit atau bukan transparan lainnya.Alat
ini ketelitiannya lebih rendah bila dibanding dengan alat yang menggunakan
diapositif.Karena tidak dapat menghilangkan tilt, alat ini hanya dipakai untuk
foto foto yang benar-benar vertikal.Alat ini dapat menghilangkan pergeseran
letak topografik.
Ada lima jenis alat yang
menggunakan cetakan pada kertas dan diutarakan dalam perbincangan ini, yaitu:
(a) stereo contour plotter, (b) ‘stereopret’, (c) ‘KEK plotter’, (d) ‘radial
line plotter’ dan (e) ‘stereo Zoom Transfer Scope’.
a)
Stereo contour plotter
Alat ini dulu disebut
stereocomparagraf. ia terdiri dari stereoskop cermin dan batang paralaks yang
dijadikan satu unit. Alat ini seriang diikatkan pada batang penggambar sehingga
secara bersama dapat digerakkan untuk menyiam seluruh model stereo.
b)
Stereopret
Stereopret terdiri dari stereoskop
dengan pengamatan miring, batang pralaks, penyangga foto stereo yang dapat
digerakkan,pelat penyangga alat, permukaan untuk penggambaran, dan pantograf
dengan perubahan skala 1:0.2 hingga 1:2.5.
c)
KEK plotter
Alat ini merupakan salah satu contoh
alat jenis paralaks batang yang mampu menghilangkan tilt dan pergeseran letak
topografik.ia terdiri dari stereoskop cermin, batang paralaks, dan sepasang
penyangga foto yang dapat disetel.KEK plotter ini dapat digunakan untuk membuat
peta kontur yaitu dengan menggunakan pemegang pensil yang diikatkan pada alat
ini.
d)
Radial line plotter
Radial line plotter dapat digunakan
untuk pemindahan data sambil menghilangkan pergeseran letak topografik, tetapi
tidak dapat menghilangkan kesalahan oleh tilt. Perubahan skalanya hanya dapat
dilakukan dengan pembesaran atau pengecilan sedikit saja (Paine, 1981).
Cara
kerja alat ini mendasarkan atas prinsip garis radial, yaitu bahwa pergeseran
letak topografik bersifat radial terhadap titik nadir. Titik yang terletek di
atas bidang acuan letaknya tergeser menjauhi titik nadir. Pada foto vertikal
maka titik nadir berimpit dengan titik pusat foto. Pada foto stereo, tiap titik
tergambar dua kali yaitu satu pada foto kiri dan lainnya pada foto kanan. Pada
umumnya alat ini dirancang untuk revisi peta, pengembangan daerah urban, dan
penerapan lainnya di bidang kehutanan, geologi, kepurbakalaan, dan untuk
mengajar.
e)
Stereo Zoom Transfer Scope
Kemampuan stereo Zoom Transfer Scope
sama dengan kemampuan Zoom Transfer Scope yang telah diutarakan pada butir
7.3.1.Bedanya ialah bahwa ia menggunakan pasangan foto stereo untuk mempereoleh
gambaran tiga dimensional.
2.2.2.
Alat stereoskopik dengan diafositif
Instrumen
ini sering disebut double-projection stereoplotter.
Peta
yang dihasilkan pada umumnya merupakan peta teliti.Instrument ini dapat
menghilangkan pergeseran letak tofografik dan kesalahan oleh tilt.Beberap alat
yang dilengkapi dengan komputer mini bahkan dapat menghilangkan kesalahan oleh
distorsi lensa (Paine, 1981): Paine membedakan instrument ini atas tiga
kategori yaitu :1.’direct optimal projection instrument’, 2.instrument optik
mekanik, dan 3. Instrument otomatik.Dari ketiga jenis instrument ini maka stereosplotter
yang otomatik mempunyai keunggulan dalam hal kecepatan, biaya yang lebih rendah
bila dihitung dalam jangka panjang, dan ketelitian yang lebih akurat.
2.3.
Alat Analisis Digital
Ada
empat persyaratan utama untuk dapat dilaksanakannya analisis digital data
penginderaan jauh dengan menggunakan komputer, yaitu: (1) ketersediaan data
penginderaan jauh nilai spektralnya dinyatakan di dalam bentuk digit, terutama
data multispektral, (2) teknologi komputer yang canggih, (3) algoritma yang
dapat diterapkan bagi penginderaan jauh, dan (4) metodologi atau strategi untuk
analisis (Maurel, 1985).
Sensor
elektronik untuk membuahkan data digital baru dikembangkan pada dasawarsa
1960-an.Komputer untuk pemrosesan data digital juga baru dikembangkan pada tengah
dasawarsa 1960-an.Oleh karena itu analisis digital data penginderaan jauh
secara efektif baru mulai dilaksanakan
pada dasawarsa 1970-an (Maurel. 1985)Pada dasawarsa 1980-an ini , komputer
untuk pemrosesan data digital penginderaan jauh telah tersedia dengan beraneka
ragam dan jenisnya.Alat ini pada dasarnya terdiri dari komputer untuk maksud
umum yang dilengkapi dengan beberapa
bagian khusus untuk penginderaan jauh dengan tiga fungsi utama, yaitu: (1)
perolehan data, termasuk perolehan dengan jalan konversi dari bentuk gambar
(analog, visual) ke bentuk digital agar dapat diproses dengan menggunakan
komputer, (2) pemrosesan data yang berkisar dari penajaman data individual
secara sederhana untuk perbaikan peragaannya, hingga pemrosesan yang rumit seperti
misalnya klasifikasi multispektral, dan (3) peragaan data baik peragaan pada
layar maupun pada ‘hard copy’ misalnya film atau mosaik foto bagi daerah yang
luas (Green, 1983).
Dypix
System. Sistem ini terdiri dari enam bagian yaitu: (1) PDP-11 mini komputer
dengan disk untuk menyimpan data hingga 90 megabytes atau 1.000 files, (2) unit
penggerak pita(tape drive unit) dengan kemampuan 800/1.600 BPI (bit per inchi),
(3) terminal bagi operator yang terdiri dari sebuah key board, (4) peraga video
atau ‘interactive color monitor’ yang berupa sebuah layar untuk meragakan hasil
pemrosesan (resplusi layar sebesar 489 garis x 528 titik), (5) ‘graphic tablet’
untuk melakukan kontrol langsung atas peragaan data / citra, yang fungsinya
meliputi ‘zoom’, ‘roam’, perubahan skala, peragaan gambar, perpindahan cursor,
peragaan tema, pemilihan warna, dsb, dan (6) ‘line printer / plotter’ yaitu
alat untuk membuahkan hard copy.
Pekerjaan
pemrosesan data digital penginderaan jauh terdiri dari tiga bagian pokok,
yaitu: (1) pra-pemrosesan, (2) pemrosesan, dan (3) keluaran (Green, 1983).
2.3.1 Pra-pemrosesan
Pekerjaan pra-pemrosesan meliputi
dua kegiatan, yaitu: (1) perolehan data, dan (2) rektifikasi data.
1)
Perolehan data, meliputi:
a)
Telemetri (penerimaan data dari satelit) dan komunikasi.
b)
Dekompresi.
c)
Penyiaman film.
d)
Digitasi video.
e)
Digitasi grafik.
f)
Definisi atribut.
g)
Pembuatan citra.
h)
Pembuatan citra dari masukan sumber data dua
dimensiaonal.
2)
Rektifikasi data meliputi:
a)
Koreksi distorsi radiometrik.
b)
Koreksi distorsi geometrik
c)
Rektifikasi kartografik.
d)
Penghapusan ‘noise’ atau gangguan di dalam penginderaan.
2.3.2 Pemrosesan
Pemrosesan data terdiri dari lima
kegiatan, yaitu:
1)
Penajaman, meliputi:
a)
Manipulasi kontras.
b)
Pembentukan warna semu.
c)
Memadukan warna.
d)
Pemfilteran spasial.
e)
‘Contouring’ atau pembuatan garis tinggi.
f)
‘Blt slicing’ atau perincian bit.
g)
‘Theresholding’ atau penentuan nilai ambang.
2)
Transformasi geometrik, meliputi:
a)
Pengubahan proyeksi.
b)
Registrasi.
c)
Analisis stereo.
d)
Stereo buatan.
3)
Pemrosesan radiometrik, meliputi:
a)
Koreksi sudut elevasi matahari.
b)
Pembedaan gambaran (image differencing).
c)
Peragaan dengan warna asli.
d)
Analisis polarisasi.
e)
Koreksi atmosferik.
4)
Pemrosesan frekuensi, meliputi:
a)
FFI.
b)
Pemfilteran.
c)
Spektra satu dimensional.
d)
Kompensasi gerakan.
e)
Restorasi resolusi.
5)
Penyadapan informasi meliputi:
a)
Analisis stereo
b)
Klasifikasi multispektral
c)
Analisis gerakan.
d)
Penghitungan sifat radiometrik permukaan.
e)
Tekstur.
f)
Deteksi tepi (edge detection).
g)
Pengenalan pola.
h)
Korelasi terhadap data dasar bukan citra.
2.3.3 Keluaran
Pekerjaan untuk membuahkan keluaran
meliputi sepuluh kegiatan,yaitu:
1)
Anotasi.
2)
Tumpang tindih grafik (graphic overlay).
3)
Kemampuan manipulasi intraktif.
4)
Fungi perubahan rona/warna
5)
Penentuan format.
6)
Kemampuan membentuk karakter/vektor.
7)
Konversi perubahan vido digital ke analog.
8)
Konversi bentuk digital ke film.
9)
Konversi bentuk digital langsung ke hard copy.
10) Pembuatan masukan data dasar.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam Interprestasi citra banyak jenis-jenis alat yang
gunakan. Dimana masing-masing alat ini mempunyai kekurangan maupun kelebihan. Sebagai
berikut (1) Alat pemindah data Planimetrik. Alat pemindah data
Planimetrik dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1) alat yang berdasarkan atas
prinsip kamera lusida atau jenis kamera
lusida dan 2) Proyektor optic. (2). Alat
Pemindah Data Stereoskopik. Ada dua keunggulan alat pemindah data stereoskopik
yaitu: (1) dapat di hilangkanya pergeseran letak oleh tilt dan topografi, dan
(2) tidak selalu di perlukan deliniasi stereoskopik sebelum pemindahan datanya
(paine, 1981) , selanjutnya paine membedakan alat ini atas dua kategori yaitu:
(1) alat yang menggunakan diapositif, light (1980) juga membedakan alat ini
atas dua kategori yaitu: (1) jenis stereometer, dan (2) proyeksi ortografik.
untuk perbincangan ini akan di ikuti pembagian oleh paine. (3).
Alat analisis digital
Ada empat persyaratan utama untuk dapat dilaksanakannya analisis digital data
penginderaan jauh dengan menggunakan komputer, yaitu: (1) ketersediaan data
penginderaan jauh nilai spektralnya dinyatakan di dalam bentuk digit, terutama
data multispektral, (2) teknologi komputer yang canggih, (3) algoritma yang
dapat diterapkan bagi penginderaan jauh, dan (4) metodologi atau strategi untuk
analisis. Pekerjaan pemrosesan data digital penginderaan jauh terdiri dari tiga
bagian pokok, yaitu: (1) pra-pemrosesan, (2) pemrosesan, dan (3) keluaran
(Green, 1983).
3.2. Saran
Kita sebagai Mahasiswa jurusan
pendidikan geografi menjadi suatu keharusan untuk mengenal dan memahami alat-alat dalam
pemindahan data interpretasi citra. Dan hendaknya kita mengetahui dan memahami
masing-masing alat ini memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://images.google.co.id/imglanding?q=alat
penginderaan jauh&imgurl.2010 diakses pada
tanggal 4 mei 2010
Anonim. http://images.google.co.id/imglanding?q=kamera
lucida&imgurl. 2010 diakses pada
tanggal 4 mei 2010
Anonim. http://images.google.co.id/imglanding?q=zoom
transfer scope&imgurl. 2010
diakses pada tanggal 4 mei 2010
Anonim. http://images.google.co.id/imglanding?q=proyektor
optik&imgurl. 2010 diakses pada
tanggal 4 mei 2010
Anonim. ttp://images.google.co.id/imglanding?q=kek
plotter&imgurl. 2010 diakses pada
tanggal 4 mei 2010
Sutanto. 1992
: Penginderaan Jauh. Cet. 2.Yogyakarta, Gajah Mada University Pres
Hasil diskusi kelompok 11
Judul makalah : ALAT PEMINDAHAN
DATA HASIL INTERPRETASI CITRA
Soal
1.
Alat pemindah data planemetrik dapat di bagi menjadi 2.
Sebutkan dan jelaskan perbedaanya?
2.
Jenis alat sterioskopik ada 5, jelaskan masing-masing
alat tersebut! Apabila salah satu alat tidak ada, apakah ada pengaruh terhadap
hasil interpretasi citra?
3. Mengapa stereo contour plotter Insrtumennya dapat menghilangkan pergeseran
letak topografik dan kesalahan oleh tilt ?
JAWABAN
1.Alat pemindah data
Planimetrik
Alat
pemindah data Planimetrik dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1) alat yang
berdasarkan atas prinsip kamera lusida
atau jenis kamera lusida dan 2) Proyektor optic.
1). Jenis Kamera Lusida
Alat
jenis ini telah lama digunakan, yakni sejak adanya foto udara. Pada alat ini
kita mengamati dua gambaran tumpang tindih, yaitu hasil interpretasi citra dan
peta dasar yang menyajikan gambaran yang sama atau sekurang-kurangnya menyajikan
titik untuk menemukan letak obyek yang benar. Operator dapat menyetel alat ini
hingga gambaran pada lembaran hasil interpretasi citra persis terletak pada
gambaran pada peta dasar. Dengan demikian berarti ada koreksi letak obyek,
artinya letak obyek pada lembaran hasil
interpretasi yang mungkin tergeser oleh topografi atau oleh Tilt, telah
dikoreksi hingga tingkat ketelitian tertentu.
Alat
pemindah data jenis kamera lusida yang diutarakan pada buku ini ada empat buah
yaitu: (a) sketsmaster vertical. (b) aero- sketchmaster (c) rectoplaningraph
dan (d) zoom transfer scope.
a) Sketmaster vertical
Alat
ini mengunakan cermin semi transparan pada bagian pengamatan dan sebuah cermin
diatas foto udara. Pengamat melihat pada peta dasar melalui ceermin semi transparan
dan sekaligus melihat gambaran foto yang dipantulkan oleh cermin diatas foto
itu. alat ini dapatdi tinggikan dan di rendahkan melalui penyangganya. untuk
mengatur gambaran pada foto agar berimpit dengan gambaran pada peta yang dapat
di bandingkan kedudukanyadengan jalan memutar sekrup pada kakinya. lensa di
bawah cermin transparan dapat diganti dengan lensa lain yang daya pembesaranya
berbeda-beda. hal ini perlu bila dalam pemindahan data hasil interpretasi citra
diperlukan pembesaran atau pengecilan skala. sketsmaster vertical ini .
b) Aero- Sketchmaster
Aero-
Sketchmaster menggunakan prisma ganda pada bagian pengamatan dengan permukaan
yang memantulkan dan mentranmisikan sinar secara penuh. ia di pegang oleh
batang vertical yang diikatkan pada pelat penyangga. dengan menyetel ketinggian
bagian pengamatan, ukuran dan skala peta yang harus di pindahkan dapat di
sesuaikan. pelat pemegang foto dapat di gerakan ke segala arah.
pada alat ini pengamat mengamati
foto udara yang terletak di ataspeta dengan kemiringan bagian pengamatan
sebesar 45 alat ini di lengkapi dengan serangkaian lensa yang terdiri dari 14
buah. gerakan pemegang foto berkisar dari 4,7 inci hingga 13,4 inci. rasio
skala foto dan skala peta berkisar dari 1:0,4 hingga 1:2,8.
c) Rectoplanigraph
Alat
ini menggunakan prisma ganda dengan permukaan yang memantulkan secara sempurna
dan mentranmisikan seper dua sinar yang mengenalinya. ia dapat di gunakan
dengan foto udara yang di buat dengan panjang focus dari 6 inci hingga 15 inci.
penyangga fotonya dapat di putar hingga 360. alat ini juga dapat di gunakan
untuk foto condong dengan kecondongan hingga 70 terhadap garis vertical. Rectoplanigraph di sajikan pada gambar 7.33.
d) Zoom Transper Scope
Zoom
Transper Scope merupakan jenis kamera lusida yang memiliki beberapa keunggulan
yaitu : (1) pembesaran dengan
zoom atau pergantian lensa, yaitu dari satu kali hingga empat kali,
(2) penyesuaian skala foto dan
skala peta dapat di lakukan dengan tepat dan cepat, (3) dapat di gunakan dengan
citra cetakan maupun tranparensi, (4) memungkinkan pemutaran citra, pembesaran
yang berbeda sepanjang sumbu x dan sumbu y. , dan (5) ada dua jenis alat yaitu
untuk pemindahan data planimetrik dan data stereoskopik (light, 1980
;paine,1981) bagi citra yang skalanya kecil seperti citra landsat pun dapat di
pindahkan datanya dengan Zoom Transper Scope ini.
2.1.2.
Proyektor Optic
Memantulkan
gambaran pada foto ke peta. pantulanya dapat diarahkan ke bawah yaitu peta yang
di letakan di meja, atau pada bagian belakang permukaan kaca buram. bila di
proyeksikan ke kaca buram, peta harus sekurang-kurangnya harus bersifat semi
transparan agar di mungkinkan penggambaranya. kedua jenis proyektor optic ini
memerlukan ruang gelap (paine, 1981)
proyektor optic digunakan untuk
memindahkan data dari foto udara vertical.
keunggulan alat ini adalah: , (1)
perubahan skalanya atau pembesaranya cukup besar, (2) daerah kerjanya luas dan
memperoleh penyinaran cukup terang, dan (3) posisi kerjanya enak.
kelemahanya
ialah: , (1)
ukuran alatnya besar, (2) memerlukan ruang gelap atau setengah gelap, operasi
kerjanya mahal, dan (3) tidak ada koreksi terhadap tilt (estes dan simonett,
1975)
ada dua alat proyektor yang di
kemukakan di sini yaitu : (a) proyektor pantulan buatan kail, dan (b)
map-0-graph.
(a) proyektor pantulan buatan
kail
Alat
ini merupakan proyektor pantulan ganda yang di buat pada sebuah meja. foto di
letakan di kaca sebelah kiri dengan menghadap ke bawah. gambarnya di
proyeksikan pada kaca sebelah kanan. foto yang di proyeksikan boleh berupa foto
cetakan yang tak tembus cahaya, akan tetapi bahan yang di gunakan untuk
menggambarkan harus berupa bahan transparan atau semi transparan.
alat ini di buat dengan dua metode
yaitu metode k-3 dan model k-5. ukuran proyektor model k-3 ialah panjang 6 kaki
dan tinggi 3 kaki. perubahan skalanya ialah pengecilan sebesar 3:1 atau
pembesaran 1:3. kaca tempat foto pada model k-5 berukuran 14 inci x 14 inci.
sedangkan kaca tempat penggambaranya berukuran 14 inci x 36 inci. pembesaranya
dan pengecilan skalanya ialah 4,5:1 dan 1:4,5 ukuran proyektor optic model k-5 ialah tingginya 3 kaki, panjang 8
kaki dan lebar 3 kaki (light, 1980).
(b) Map-O-Graph
Model
55 memproyeksikan citra berukuran 11 inci x 11 inci. bukan hanya citra yang
dapat di proyeksikan, melainkan juga peta, atau dokumen lain. bagian yang di
proyeksikan dapat di samakan skalanya dengan skala aslinya, di perbesar lima
kali, atau di perkecil lima kali. bila di gunakan lensa khusus, pembesaranya
atau pengecilanya dapat di tingkatkan menjadi tujuh kali.
2.2.
Alat Pemindah Data Stereoskopik
Ada
dua keunggulan alat pemindah data stereoskopik yaitu: (1) dapat di hilangkanya
pergeseran letak oleh tilt dan topografi, dan (2) tidak selalu di perlukan
deliniasi stereoskopik sebelum pemindahan datanya (paine, 1981) , selanjutnya
paine membedakan alat ini atas dua kategori yaitu: (1) alat yang menggunakan
diapositif, light (1980) juga membedakan alat ini atas dua kategori yaitu: (1)
jenis stereometer, dan (2) proyeksi ortografik. untuk perbincangan ini akan di
ikuti pembagian oleh paine.
2. Alat
stereoskopikkan pada dengan cetakan pada kertas
Cetakan pada kertas yaitu citra
yang dicetak dengan kertas,bukan diaposit atau bukan transparan lainnya.Alat
ini ketelitiannya lebih rendah bila dibanding dengan alat yang menggunakan
diapositif.Karena tidak dapat menghilangkan tilt, alat ini hanya dipakai untuk
foto foto yang benar-benar vertikal.Alat ini dapat menghilangkan pergeseran
letak topografik.
Ada lima jenis alat yang
menggunakan cetakan pada kertas dan diutarakan dalam perbincangan ini, yaitu:
(a) stereo contour plotter, (b) ‘stereopret’, (c) ‘KEK plotter’, (d) ‘radial
line plotter’ dan (e) ‘stereo Zoom Transfer Scope’.
f)
Stereo contour plotter
Alat ini dulu disebut
stereocomparagraf. ia terdiri dari stereoskop cermin dan batang paralaks yang
dijadikan satu unit. Alat ini seriang diikatkan pada batang penggambar sehingga
secara bersama dapat digerakkan untuk menyiam seluruh model stereo.
g)
Stereopret
Stereopret terdiri dari stereoskop
dengan pengamatan miring, batang pralaks, penyangga foto stereo yang dapat
digerakkan,pelat penyangga alat, permukaan untuk penggambaran, dan pantograf
dengan perubahan skala 1:0.2 hingga 1:2.5.
h)
KEK plotter
Alat ini merupakan salah satu contoh
alat jenis paralaks batang yang mampu menghilangkan tilt dan pergeseran letak
topografik.ia terdiri dari stereoskop cermin, batang paralaks, dan sepasang
penyangga foto yang dapat disetel.KEK plotter ini dapat digunakan untuk membuat
peta kontur yaitu dengan menggunakan pemegang pensil yang diikatkan pada alat
ini.
i)
Radial line plotter
Radial line plotter dapat digunakan
untuk pemindahan data sambil menghilangkan pergeseran letak topografik, tetapi
tidak dapat menghilangkan kesalahan oleh tilt. Perubahan skalanya hanya dapat
dilakukan dengan pembesaran atau pengecilan sedikit saja (Paine, 1981).
Cara
kerja alat ini mendasarkan atas prinsip garis radial, yaitu bahwa pergeseran
letak topografik bersifat radial terhadap titik nadir. Titik yang terletek di
atas bidang acuan letaknya tergeser menjauhi titik nadir. Pada foto vertikal
maka titik nadir berimpit dengan titik pusat foto. Pada foto stereo, tiap titik
tergambar dua kali yaitu satu pada foto kiri dan lainnya pada foto kanan. Pada
umumnya alat ini dirancang untuk revisi peta, pengembangan daerah urban, dan
penerapan lainnya di bidang kehutanan, geologi, kepurbakalaan, dan untuk
mengajar.
j)
Stereo Zoom Transfer Scope
Kemampuan
stereo Zoom Transfer Scope sama dengan kemampuan Zoom Transfer Scope yang telah
diutarakan pada butir 7.3.1.Bedanya ialah bahwa ia menggunakan pasangan foto
stereo untuk mempereoleh gambaran tiga dimensional
Pengunaan alat tersebut harus
disesuaikan dengan perminta Si pemakai atau pengguna lahan sehingga dapat disesuaikan alat mana yang cocok dan tepat digunakan untuk mengkaji suatu obyek secara
spesifik.Contoh ; Apabila Si pngguna lahan meminta data yang berupa gambaran
tiga dimensi dapat dipakai stereo zoom transfer scope
3.Pengruh eksternal yang meliputi :
-Tenaga elektromagnetik yang tidak mencukupi
-Kualitas dan kuantitas alat yang kurang memadai
-Keadaan topografi
-Faktor manusia
Pengaruh internal :
-Pergeseran yang terbatas
-Daya tangkap yang tidak mencukupi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar