Pendahuluan
1.1 latar Belakang
Muara
adalah wilayah badan air yang menjadi pertemuan antara satu atau lebih sungai
pada wilayah pesisir
dengan wilayah laut.
Muara sangat terpengaruh oleh kondisi air daratan seperti aliran air tawar dan
sedimen, serta air lautan seperti pasang-surut, gelombang, dan masuknya air
asin. Sebagai hasilnya, muara mengandung banyak ceruk biologis dalam area
kecil, dan begitu juga terkait dengan tingginya keanekaragaman hayati.
Muara-muara sungai biasanya terjadi pasang
surut sungai (dalam bahasa ilmiah aestus),
dan sering dicirikan oleh sedimentasi atau endapan lumpur dari darat yang
terbawa air hujan. Kondisi air di muara terdiri dari air payau.
Sebagai ekosistem, banyak
muara-muara sungai di bawah ancaman dari aktivitas manusia seperti polusi dan
penangkapan ikan secara berlebihan. Karena kecocokan pemukiman manusia, muara
biasanya menjadi titik berat tempat tinggal manusia, dari 32 kota terbesar di
dunia, 22 diantaranya terletak di muara
1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas kami dapat rumusan
masalah sebagai berikut:
1.2.1
Mengapa pemukiman manusia dapat mengancam ekositem muara.
1.3
Tujuan
Ada
pun tujuan dari latar belakang diatas adalah sebagai berikut:
1.3.1
mengetahui apa penyebab pemukiman
manusia dapat mengancam ekosistem muara
1.4 Manfaat secara
praktis
Secara
praktis makalah ini bermanfaat bagi penulis karya tulis selabjutnya dan dapat
dijadikan sebagain literature.
BAB
II
Pembahasan
2.1
Muara.
Muara
merupakan tempat pertemuan antara air laut dengan air sungai dan merupakan
bagian hilir dari sungai. Pada dasar perairan muara ini terjadi pengendapan
karena hal ini terjadi pertemuan partikel pasir/lumpur yang dibawa oleh arus
sungai bertemu dengan pasir yang berada di daerah sekitar pantai. Dengan
demikian percampuran pasir tersebut menghasilkan pengendapan lumpur yang sangat
berpengaruh pada perilaku kehidupan organisme muara. Selain itu salinitas yang
terbentuk di muara merupakan campuran antara salinitas air sungai dengan
salinitas laut (Hutabarat, 1985).
Ekosistem
Muara biasa juga disebut dengan ekosistem estuari atau perairan estuari dimana,
muara merupakan percampuran air tawar dengan air laut.
Proses-proses alam yang terjadi di perairan muara, mengakibatkan muara sebagai
habitat disejajarkan dengan ekosistem hutan hujan tropik dan ekosistem terumbu
karang yaitu sebagai ekosistem produktif alami. Ekosistem estuari ini
cenderung lebih produktif dibanding dengan ekosistem pembentuknya, yaitu
perairan tawar dan perairan laut (Soeyasa ,2001).
Salinitas
pada air muara sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pada keadaan
pasang air laut yang masuk ke muara sangat besar sekali sehingga salinitas air
menjadi naik. Sedangkan pada waktu surut air laut yang masuk ke muara sangat
sedikit sehingga indeks salinitas air muara sangat rendah. Selain itu musim
juga berpengaruh terhadap indeks salinitas air muara (Karyadi, 1994).
Organisme
konsumen di muara beraneka ragam dan jumlahnya besar. Zooplankton
merupakan predator terbesar. Remis, udang-udangan dan ikan sering besar
ukurannya. Jumlah organisme di muara dipengaruhi besar oleh indeks salinitas,
hanya organisme tertentu yang dapat hidup di muara ini yaitu organisme yang
mampu menyesuaikan organ tubuhnya dengan salinitas air muara (Karyadi, 1994).
Muara merupakan suatu tempat yang cukup sulit untuk di tempati, bersifat cukup
produktif yang dapat mendukung sejumlah besar biomassa. Secara umum muara hanya
dapat dihuni oleh beberapa spesies saja. Menurut Soeyasa, (2001),
faktor-faktor yang dapat menyebabkan daerah ini mempunyai nilai produktivitas
yang tinggi adalah :
Terdapat penambahan bahan-bahan
organik secara terus-menerus yang berasal dari daerah aliran sungai,
Perairan
muara umumnya dangkal, sehingga cukup menerima sinar matahari untuk menyokong
kehidupan tumbuh-tumbuhan,
Tempat yang relatif kecil menerima
aksi gelombang, akibatnya detritus dapat menumpuk di dalamnya,
Aksi
pasang selalu mengaduk bahan-bahan organik yang berada di sekitar
tumbuh-tumbuhan.
Daerah muara merupakan tempat hidup
yang baik bagi populasi ikan jika dibandingkan jenis hewan lain. Daerah ini
merupakan tempat untuk berpijah dan membesarkan anak-anaknya bagi beberapa
spesies ikan (Hutabarat, 1985).
Sebagai
ekosistem, banyak muara-muara sungai di bawah ancaman dari aktivitas manusia
seperti polusi dan penangkapan ikan secara berlebihan. Karena kecocokan
pemukiman manusia, muara biasanya menjadi titik berat tempat tinggal manusia,
dari 32 kota terbesar di dunia, 22 diantaranya terletak di muara[1].
2.2
Sirkulasi Muara.
Muara
adalah lingkungan laut yang pH, salinitas, dan kadar air bervariasi, tergantung
pada hilir sungai yang bermuara dan salinitas laut (samudra dan lautan memiliki
tingkat salinitas yang berbeda). Waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya siklus
pembentukan muara disebut dengan waktu pembilasan.[2]
- Muara sirkulasi adalah muara pada umumnya; hal ini terjadi ketika air tawar atau air payau mengalir keluar di dekat permukaan, sementara air garam padat mengalir ke dalam di dekat bagian bawah.
- Anti-Aliran muara adalah kebalikannya, di mana air mengalir keluar padat di dekat bagian bawah dan kurang padat ke dalam air yang beredar di permukaan.
BAB III
Penutup
3.1
Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan yang kami lakukan pada muara yang ada dipelabuhan buleleng, dapat
kami simpulkan bahwa pemukiman manusia pada daerah sekitar muara sangat
membahayakan ekosistem yang terdapat pada muara yang ada dipelabuhan buleleng.
Penangkapan
ikan secara berlebihan yang ada didaerah muara serta masih kurangnya
keperdulian masyarakat, yang masih membuang sampah seacara sembarangan.
.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak terdapat adanya kesalahan maupun kekurangan baik dalam penjelasan
ataupun dalam penulisannya serta dalam mengambil bahan pustakaan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membanggun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar