Deskripsi
Wilayah Desa Bontihing
Oleh :
Nama: I Nyoman
Budarka
Kelas : V / B
NIM
: 0814031054
JURUSAN
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU
SOSIAL
UNIVERSITAS
PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2010
TUGAS
SIG (Sistem Informasi Geografi)
Soal:
1. Buatlah
deskripsi potensi wilayah masing-masing saudara ?
2. Carialh
data curah hujan 1999 – 2000. Buat diagramnya dan deskripsikan diagram itu?
3. Kumpulkan
data penduduk dari komposisinya gambarkan dengan diagram lingkaran sebagai
Sistem Informasi Geografi!
JAWABAN !
1.
Deskripsi Wilayah Desa Bontihing Kec.
Kubutambahan
Dalam mendeskripsikan wilayah Desa
Bontihing, menggunakan teknik pustaka. Data yang digunakan belum dikatakan
Valid. Sehingga untuk menguji hipotesa-hipotesa yang dihasilkan dari teknik
pustaka ini maka memerlukan data yang pasti dari lapangan melalui cek lapangan
dan mengunakan teknik statistik dalam pengujianny. Dalam mendeskripsikan daerah
desa Bontihing saya mengunakan 10 konsep ensensial geografi. Dengan mengunakan
konsep ini maka secara keseluruhan
daerah Desa Bontihing dapat dideskripsikan maupun lebih mengkhusus. Dari
10 konsep Ensansial geografi daerah desa Bontihing dapat dideskripsikan sebagai
berikut :
1. Konsep
Lokasi
Jika
ditinjau dari konsep lokasi, Desa Bontihing terletak di kecamatan kubutambahan,
kabupaten buleleng, Propinsi bali. Sama dengan daerah-daerah desa lainnya Desa
bontihing memiliki batas atau berbatasan dengan dengan daerah atau desa lainnya
meliputi :
v Disebelah
utara berbatasan dengan Desa Bila Tua
v Disebelah
selatan berbatasan dengan Desa Mengandang
v Disebelah
timur berbatasan dengan Desa tamblang
v Disebelah
barat berbatasan dengan Desa Pakisan
2. Konsep
Jarak
Desa
bontihing dapat dijangkau dengan kendaraan bermotor atau kendaraan lainnya +/-
30 menit dari kubutambahan dengan jarak +/- 7 km.
3. Konsep
keterjangkauan
Desa
Bontihing dapat ditempuh melalui dua jalan. Jalan yang pertama yaitu melalui
jalan Singaraja – Kintamani dan jalan yang kedua melalui desa jagaraga. Dimana
desa Bontihing sangat mudah dijangkau dengan kendaraan bermotor atau kendaraan
lainnya karena sudah tersedia sarana transportasi seperti jalan dan jembatan,
mengingat desa bontihing berada diantara dua sungai.
4. Konsep
Morfologi
Didaerah
Desa bontihing terjadi bentuk lahan
Fluvial dengan cirri-ciri sebagai berikut:
v Tanah
daerah desa bontihing merupakan tanah alluvial dengan cirri-ciri sebagai
berikut: tanah berwarna abu-abu sampai kecoklatan dan cocok digunakan sebagai
lahan pertanian
v Memiliki
ketinggian lereng yang landai 2-8 %, namun terdapat juga perbukitan
diperbatasan bagian selatan dan timur dimana memilki kemiringan lereng yang
cukup terjal.
v Banyak
terdapat sungai yang sangat membantu masyarakat dalam mengelola lahan pertanian
mereka. Dimana sungai yang ada didesa bontihing ini berbentuk V hal ini
disebabkan oleh arus sungai yang sangat deras, daerah aliran sungai yang terjal
dan sungai tidak dapat menampung debit air pada saat musim hujan sehingga
sering kali terjadi air bah disekitar sungai dan merusak areal persawahan
masyarakat yang berada disekitar sungai tersebut.
v Terdapat
batuan asal sedimentasi.
5. Konsep
pola
Pola
permukiman desa bontihing adalah bergerombol atau memusat. Hal ini disebabkan
oleh keinginan masyarakat untuk mendapat kemudahan dalam mendapatkan sarana dan
prasana yang disediakan oleh pemerintah desa setempat seperti pasar, lpd,
sekolah dan lain-lain. Namun ada juga permukiman yang tersebar secara tidak
merata ini disebabkan oleh keadaan fisiografis desa bontihing itu sendiri yang
sebagian wilayahnya terdiri dari perbukitan sehingga pola permukimannya
tersebara secara tidak merata.
6. Kosep
Aglomerasi
Aglomerasi
adalah kecenderungan terajadinya pengelompokan atau pemusatan pada suatu
daerah. Di desa bontihing terjadi pemusatan jumlah penduduk dan permukiman di
banjar tengah dan banjar bedauh. Dimana jumlah penduduknya lebih besar dari
jumlah penduduk banjar lainya.
7. Konsep
nilai kegunaan
Desa
Bontihing memiliki potensi sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Hal ini
disebabkan oleh sebagian besar daerah desa bontihing memilki jenis tanah
alluvial. Dimana jenis tanah ini sangat cocok untuk pertanian dan perkebunan.
Contohnya persawahan dan perkebunan cokelat.
8. Konsep
interlasi dan interdependensi
Desa
bontihing memiliki interelasi dan interdependensi yang sangat kuat dengan desa-desa
yang ada disekitarnya. Dengan adanya aktifitas ekonomi seperti pemasaran hasil
pertanian dan perkebunan ke pasar tamblang dan masyarakat desa bontihing
membeli kebutuhan sehari-hari di pasar tersebut.
9. Konsep
Dferensial areal
Desa
Bontihing memiliki keunikan tersendiri. Dimana subak memegang peranan yang
sangat penting dalam menjaga kelanggsungan kengiatan pertanian didesa
bontihing. Sehingga tidak terjadi kesenjangan social dalam pembagian air untuk
pengairan lahan pertanian masyarakat didesa bontihing.
10. Konsep
keterkaitan keruangan
Pengaruh
dari daratan alluvial menjadikan desa bontihing subur pertaniannya. Dengan
demikian mengakibatkan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.
Desa Bontihing memiliki potensi
pertanian dan perkebunan untuk kedepannya. Dimana jenis tanaman padi
mendominasi pertanian didesa bontihing sedangkan untuk perkebunan didominasi
oleh tanaman durian, cokelat mangga. Dengan pemanfaatan lahan yang sesuai maka
kedepanya akan menjadikan desa bontihing sebagai penghasil padi dan buah-buahan
bagi desa yang ada disekitarnya.
2.
Data
Curah Hujan Kecamatan Buleleng dari tahun 1999-2000
No
|
Bulan
|
Tahun (mm)
|
Jumlah
|
Rata-rata
|
||
1999
|
2000
|
|||||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
|
1
|
Januari
|
514
|
317
|
831
|
83,10
|
|
2
|
Februari
|
302
|
151
|
453
|
45,30
|
|
3
|
Maret
|
300
|
115
|
415
|
41,50
|
|
4
|
April
|
167
|
113
|
280
|
28,00
|
|
5
|
Mei
|
115
|
11
|
126
|
12,60
|
|
6
|
Juni
|
8
|
138
|
146
|
14,60
|
|
7
|
Juli
|
3
|
1
|
4
|
0,40
|
|
8
|
Agustus
|
4
|
0
|
4
|
0,40
|
|
9
|
September
|
0
|
3
|
3
|
0,30
|
|
10
|
Oktober
|
59
|
12
|
71
|
7,10
|
|
11
|
November
|
273
|
122
|
395
|
39,10
|
|
12
|
Desember
|
83
|
181
|
264
|
26,40
|
|
Jumlah
|
1828
|
1164
|
2992
|
299,20
|
Sumber :
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Buleleng, 2009
Keterangan: 0
= Ada hujan
tetapi tidak dapat di ukur
- = Tidak
ada hujan
Berdasarkan
table di atas diketahui bahwa rata-rata curah hujan tahunan mencapai 299,20
mm/tahun. Jumlah rata-rata curah hujan terendah pada bulan September yaitu 0,30
mm/tahun, jumlah rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari
yaitu 83,10 mm/tahun. Setelah mengetahui data curah hujan, maka akan diketahui
jumlah bulan basah, bulan sedang, dan bulan kering yang dapat dilihat pada
table di bawah ini.
Jumlah Bulan Basah, Bulan Sedang, dan Bulan Kering Kecamatan Buleleng Tahun 1999-2000
No.
|
Klasifikasi Bulan
|
Jumlah Bulan
|
Jumlah total
|
Rata-rata
|
|
1999
|
2000
|
||||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
1
|
Basah
|
6
|
7
|
13
|
1,30
|
2
|
Sedang
|
1
|
-
|
1
|
0,10
|
3
|
Kering
|
5
|
5
|
10
|
1,00
|
|
Jumlah
|
12
|
12
|
|
|
Sumber :
Data
Curah Hujan Kecamatan Buleleng 2 Tahun Terakhir (1999-2000)
Berdasarkan di
atas, maka rata-rata bulan basah lebih besar daripada jumlah bulan
sedang dan bulan kering. Jumlah rata-rata bulan basah adalah 1,30 bulan/tahun,
rata-rata bulan kering adalah 1,00 bulan/tahun, dan rata-rata bulan sedang
adalah 0,10 bulan/tahun.
Dari data rata-rata curah hujan bulan kering
dan bulan basah tersebut dapat ditentukan tipe iklim wilayah Kota Singaraja
dengan sistem Schmidt dan Ferguson. Schmidt dan Ferguson menentukan tipe iklim
dengan menggunakan ratio Q (Quotient), yaitu perbandingan antara rata-rata
bulan kering dengan bulan basah dikalikan 100%. Klasifikasi tipe iklim menurut
Schmidt dan Ferguson dapat dilihat pada Tabel berikut.
|
Klasifikasi Tipe Curah Hujan
Menurut Schmidt-Ferguson
No.
|
Tipe
Iklim
|
Nilai
Q
|
Tipe
Daerah
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
1
|
A
|
0%≤ Q< 14,3 %
|
Sangat
basah
|
2
|
B
|
14,3% ≤ Q< 33,33 %
|
Basah
|
3
|
C
|
33,33 % ≤ Q< 60 %
|
Agak
basah
|
4
|
D
|
60 % ≤ Q < 100 %
|
Sedang
|
5
|
E
|
100 % ≤ Q < 167%
|
Agak
kering
|
6
|
F
|
167 % ≤ Q < 300 %
|
Kering
|
7
|
G
|
300 % ≤ Q < 700 %
|
Sangat
kering
|
8
|
H
|
Q 700 %
|
Luar
biasa kering
|
Berdasarkan rumus tersebut,
maka perhitungan curah hujan Kota Singaraja dilihat dari rumus “Q” dapat dihitung sebagai berikut.
|
Berdasarkan
perhitungan tersebut, maka wilayah Kota Singaraja memiliki nilai Q = 76,92%.
Apabila disesuaikan dengan tabel pembagian iklim menurut Schmidt dan Ferguson,
maka wilayah Kota Singaraja termasuk dalam tipe iklim D dengan karakteristik
wilayah yang sedang. Dengan rata-rata bulan basah lebih besar dari jumlah
rata-rata bulan kering dan bulan sedang. Untuk lebih jelasnya tipe iklim Kota
Singaraja menurut Schmidt dan Ferguson
dapat dilihat pada Gambar
Q = 76,92 %
|
2
|
3
|
4
|
9
|
7
|
6
|
5
|
11
|
12
|
8
|
10
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
14,3 %
|
60 %
|
33,3 %
|
100 %
|
167 %
|
300 %
|
700 %
|
Jumlah
rata-rata bulan basah
|
A
|
0
|
4
|
1
|
5
|
6
|
2
|
3
|
7
|
8
|
1
|
9
|
10
|
11
|
12
|
Tipe
Iklim di Kota Singaraja Menurut Schmitd-Ferguson
(Diolah sendiri)
3. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di
Kota Singaraja Tahun 2009
No
|
Laki-laki
(Jiwa)
|
Perempuan
(Jiwa)
|
Jumlah
(Jiwa)
|
%
|
1
|
2.731
|
2.785
|
5.516
|
5,44
|
2
|
3.678
|
3.838
|
7.516
|
7,41
|
3
|
4.119
|
4.204
|
8.323
|
8,20
|
4
|
4.292
|
4.369
|
8.661
|
8,54
|
5
|
4.600
|
4.813
|
9.413
|
9,28
|
6
|
4.424
|
4.398
|
8.822
|
8,70
|
7
|
4.016
|
4.162
|
8.178
|
8,06
|
8
|
3.827
|
4.058
|
7.885
|
7,77
|
9
|
3.755
|
3.969
|
7.724
|
7,61
|
10
|
3.517
|
3.430
|
6.947
|
6,85
|
11
|
3.315
|
3.326
|
6.641
|
6,55
|
12
|
2.753
|
2.841
|
5.594
|
5,51
|
13
|
2.177
|
2.145
|
4.322
|
4,26
|
14
|
1.880
|
2.001
|
3.881
|
3,83
|
15
|
900
|
1.117
|
2.017
|
1,99
|
|
49.984
|
51.456
|
101.440
|
100
|
Jika dilihat dari diagram di atas maka: Apabila dilihat dari perbandingan jenis
kelamin tampak jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada jumlah jenis
kelamin laki-laki. Hal ini memungkinkan terjadinya peningkatan jumlah yang akan
datang apabila tidak mendapatkan penanganan yang serius.
Daftar Pustaka
Suprihartoyo dkk, 2009, pola permukiman penduduk.
Diakses di Http://guru
muda.com/bse/pola-permukiman-penduduk. Dakses pada tanggal 20 september 2010
Wiratama, I Gusti Ngurah Made. 2010. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Kesadaran Lingkungan Para
Pedagang Dalam Berjualan Di Pasar Senggol
Kota Singaraja (Suatu Pendekatan Ekologi). Skripsi. Undiksha
Singaraja (Tidak Diterbitkan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar