Rabu, 25 Juli 2012

penginderaan jauh


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nyalah makalah yang berjudul "Alat Pemindah Data Hasil Interpretasi Citra” dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat sebagai tugas pembelajaran kelompok dalam mata kuliah penginderaan jauh.
Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak, baik berupa bantuan spiritual maupun moril. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.    Drs. Made Suryadi, M.Si dan I Gede Budiarta, S.pd selaku dosen mata kuliah Penginderaan Jauh
2.   Rekan-rekan mahasiswa jurusan pendidikan geografi yang dalam hal ini telah banyak membantu dalam mencari materi baik di buku maupun di internet.
   Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran dari berbagai pihak penulis harapkan, demi kesempurnaan makalah ini, walaupun demikian penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


Singaraja, 05 Mei 2010


Penulis









DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
 PENDAHULUAN
            1.1. Latar Belakang
            1.2. Rumusan Masalah
            1.3. Tujuan
            1.4. Maanfaat
BAB II
PEMBAHASAN
            2.1. ALat Pemindah Data Hasil Intepretasi Citra
            2.2. Alat Pemindah Data Stereoskopik
            2.3. Alat Analisis Digital
BAB III
PENUTUP
            3.1. Kesimpulan
            3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA











BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
            Dewasa ini ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi berkembang dengan sangat pesat. Dimana dengan kemajuan tersebut memudahkan manusia atau masyarakat untuk mendapatkan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang diinginkan untuk kepentingan perorangan maupun kelompok atau  instansi terkait yang digunakan untuk mengambil kebijakan kedepannya terkait dengan penataan ruang, salah satunya mendapatkan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat kompleks tersebut adalah penginderaan jauh.
            Penginderaan jauh adalah ilmu, seni, dan tehnik yang dikembangkan untuk memperoleh informasi dengan menggunakan alat (sensor) tentang objek, daerah, atau gejala dengan jalan menganalisis data tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang dikaji. Dengan perkembangan penginderaan jauh yang terus berkembang , ini sangatlah mennguntungkan bagi peneliti- peneliti yang mengunakan penginderaan jauh sebagai pedoman untuk membuat peta unit lahan, analisis keruangan atau penataan ruang. Dimana data yang dihasilkan  dalam penginderaan jauh sangatlah kompleks, dan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan penguna dari hasil penginderaan jauh tersebut.
            Dalam penginderaan jauh, selain membutuhkan tenaga tenaga elektromagnetik yang digunakan untuk menghasilkan dan mengirimkan data atau informasi yang direkam. Alat pemindah data hasil interpretasi citra sangatlah penting terkait dengan hasil akhir  informasi atau data yang diperoleh penguna. Dimana alat yang digunakan dalam pemindahan data hasil interpretasi citra sangatlah beranekaragam, sehinga perlu untuk kita cari dan dipelajari jenis dan alat-alat apa saja yang digunakan dalam pemindahan data hasil interpretasi citra tersebut baik secara manual maupun digital.






1.2. Rumusan Masalah
            Dari latar belakang  yang telah dibuat, kami dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut :

            1.2.1. Apa saja jenis-jenis dari alat pemindah data Planimetrik?
            1.2.2. Apa saja jenis-jenis dari alat pemindah data Stereoskopik?
            1.2.3. Bagaiman persyaratan untuk dapat melaksanakan analisis digital ?


1.3. Tujuan
            1.3.1. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis dari alat pemindah data Planimetrik.
            1.3.2. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis alat pemindah data Stereoskopik.
            1.3.3. Untuk dapat mengetahui bagaimana persyaratan yang diperlukan untuk dapat                                melaksanakan anlisis digital.


1.4. Maanfaat
            Maanfaat yang dapat diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah
            Dengan adanya penulisan makalah ini, banyak maanfaat yang diperoleh. Bagi penulis mendapatkan maanfaat teoritis. Dan sangat bermaanfaat bagi mahasiswa jurusan pendidikan geografi untuk menambah wawasannya tentang alat yang digunakan untuk pemindahan data hasil interpretasi citra pada khusunya, dan bagi masyarakat luas pada umumnya.









BAB II
PEMBAHASAN

2.1. ALat Pemindah Data Hasil Intepretasi Citra
            Baik interpretasi citra secara stereoskopik maupun nonstereoskopik hasil interpretasinya digambarkkan pada lembaran yang tembus cahaya. Ukuran lembaran tembus cahaya ini sebesar ukuran citra bagi interpretasi non stereoskoppik. Daerah penilitian pada umumnya terdiri dari lembaran citra yang jumlahnya dapat mencapai puluhan, ratusan dan bahkan ribuan lembar. gambaran kecil yang jumlah banyak tidak menguntungkan karena tidak ada cara mengamati daerah penelitian dengan sekali pandang saja. Hasil interpretasi citra yang tergambar kecil dengan jumlh yang banyak itu pertama harus dipindahkan ke peta dasar terlebih dahulu. Dimana pemindahannya memerlukan alat pemindah data. Pemindahanya dilakukan ke peta yang geometrinya yang teliti. Karena peta mengambarkan obyek seperti tampaknya bila dilihat dari atas. Sedangkan foto udara mengambarkan obyek secara sentries seperti tampak pada kamera atau sensor lainnya, letak obyek pada foto udara tidak sama dengan letak obyek yang ada dipeta.Sehingga dalam pemindahan data hasil interpretasi citra ke dalam peta perlu dilakukan koreksi dengan mengunakan alat pemindah data menentukan ketelitian alat itu.
            Estes dan Simonett (1975) dan Light (1980) mengatakan bahwa alat pemindah data hasil interprets citra dapat digolongkan mmenjadi   dua yaitu : alat pemindah data hasil interpretasi citra Planimetrik dan alat pemindah data stereioskopik

2.1.1. Alat pemindah data Planimetrik
            Alat pemindah data Planimetrik dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1) alat yang berdasarkan atas prinsip kamera lusida  atau jenis kamera lusida dan 2) Proyektor optic.
1). Jenis Kamera Lusida
            Alat jenis ini telah lama digunakan, yakni sejak adanya foto udara. Pada alat ini kita mengamati dua gambaran tumpang tindih, yaitu hasil interpretasi citra dan peta dasar yang menyajikan gambaran yang sama atau sekurang-kurangnya menyajikan titik untuk menemukan letak obyek yang benar. Operator dapat menyetel alat ini hingga gambaran pada lembaran hasil interpretasi citra persis terletak pada gambaran pada peta dasar. Dengan demikian berarti ada koreksi letak obyek, artinya letak obyek  pada lembaran hasil interpretasi yang mungkin tergeser oleh topografi atau oleh Tilt, telah dikoreksi hingga tingkat ketelitian tertentu.
            Alat pemindah data jenis kamera lusida yang diutarakan pada buku ini ada empat buah yaitu: (a) sketsmaster vertical. (b) aero- sketchmaster (c) rectoplaningraph dan (d) zoom transfer scope.
a) Sketmaster vertical
            Alat ini mengunakan cermin semi transparan pada bagian pengamatan dan sebuah cermin diatas foto udara. Pengamat melihat pada peta dasar melalui ceermin semi transparan dan sekaligus melihat gambaran foto yang dipantulkan oleh cermin diatas foto itu. alat ini dapatdi tinggikan dan di rendahkan melalui penyangganya. untuk mengatur gambaran pada foto agar berimpit dengan gambaran pada peta yang dapat di bandingkan kedudukanyadengan jalan memutar sekrup pada kakinya. lensa di bawah cermin transparan dapat diganti dengan lensa lain yang daya pembesaranya berbeda-beda. hal ini perlu bila dalam pemindahan data hasil interpretasi citra diperlukan pembesaran atau pengecilan skala. sketsmaster vertical ini .
b) Aero- Sketchmaster
            Aero- Sketchmaster menggunakan prisma ganda pada bagian pengamatan dengan permukaan yang memantulkan dan mentranmisikan sinar secara penuh. ia di pegang oleh batang vertical yang diikatkan pada pelat penyangga. dengan menyetel ketinggian bagian pengamatan, ukuran dan skala peta yang harus di pindahkan dapat di sesuaikan. pelat pemegang foto dapat di gerakan ke segala arah.
pada alat ini pengamat mengamati foto udara yang terletak di ataspeta dengan kemiringan bagian pengamatan sebesar 45 alat ini di lengkapi dengan serangkaian lensa yang terdiri dari 14 buah. gerakan pemegang foto berkisar dari 4,7 inci hingga 13,4 inci. rasio skala foto dan skala peta berkisar dari 1:0,4 hingga  1:2,8.
c) Rectoplanigraph
            Alat ini menggunakan prisma ganda dengan permukaan yang memantulkan secara sempurna dan mentranmisikan seper dua sinar yang mengenalinya. ia dapat di gunakan dengan foto udara yang di buat dengan panjang focus dari 6 inci hingga 15 inci. penyangga fotonya dapat di putar hingga 360. alat ini juga dapat di gunakan untuk foto condong dengan kecondongan hingga 70 terhadap garis vertical.  Rectoplanigraph di sajikan pada gambar 7.33.

d) Zoom Transper Scope
            Zoom Transper Scope merupakan jenis kamera lusida yang memiliki beberapa keunggulan
yaitu : (1) pembesaran dengan zoom atau pergantian lensa, yaitu dari satu kali hingga empat kali,
(2) penyesuaian skala foto dan skala peta dapat di lakukan dengan tepat dan cepat, (3) dapat di gunakan dengan citra cetakan maupun tranparensi, (4) memungkinkan pemutaran citra, pembesaran yang berbeda sepanjang sumbu x dan sumbu y. , dan (5) ada dua jenis alat yaitu untuk pemindahan data planimetrik dan data stereoskopik (light, 1980 ;paine,1981) bagi citra yang skalanya kecil seperti citra landsat pun dapat di pindahkan datanya dengan Zoom Transper Scope ini.
2.1.2. Proyektor Optic
            Memantulkan gambaran pada foto ke peta. pantulanya dapat diarahkan ke bawah yaitu peta yang di letakan di meja, atau pada bagian belakang permukaan kaca buram. bila di proyeksikan ke kaca buram, peta harus sekurang-kurangnya harus bersifat semi transparan agar di mungkinkan penggambaranya. kedua jenis proyektor optic ini memerlukan ruang gelap (paine, 1981)
proyektor optic digunakan untuk memindahkan data dari foto udara vertical.
keunggulan alat ini adalah: , (1) perubahan skalanya atau pembesaranya cukup besar, (2) daerah kerjanya luas dan memperoleh penyinaran cukup terang, dan (3) posisi kerjanya enak.  
kelemahanya ialah: , (1) ukuran alatnya besar, (2) memerlukan ruang gelap atau setengah gelap, operasi kerjanya mahal, dan (3) tidak ada koreksi terhadap tilt (estes dan simonett, 1975)
ada dua alat proyektor yang di kemukakan di sini yaitu : (a) proyektor pantulan buatan kail, dan (b) map-0-graph.
(a) proyektor pantulan buatan kail
            Alat ini merupakan proyektor pantulan ganda yang di buat pada sebuah meja. foto di letakan di kaca sebelah kiri dengan menghadap ke bawah. gambarnya di proyeksikan pada kaca sebelah kanan. foto yang di proyeksikan boleh berupa foto cetakan yang tak tembus cahaya, akan tetapi bahan yang di gunakan untuk menggambarkan harus berupa bahan transparan atau semi transparan.
alat ini di buat dengan dua metode yaitu metode k-3 dan model k-5. ukuran proyektor model k-3 ialah panjang 6 kaki dan tinggi 3 kaki. perubahan skalanya ialah pengecilan sebesar 3:1 atau pembesaran 1:3. kaca tempat foto pada model k-5 berukuran 14 inci x 14 inci. sedangkan kaca tempat penggambaranya berukuran 14 inci x 36 inci. pembesaranya dan pengecilan skalanya ialah 4,5:1 dan 1:4,5 ukuran proyektor optic  model k-5 ialah tingginya 3 kaki, panjang 8 kaki  dan lebar 3 kaki (light, 1980).
(b) Map-O-Graph
            Model 55 memproyeksikan citra berukuran 11 inci x 11 inci. bukan hanya citra yang dapat di proyeksikan, melainkan juga peta, atau dokumen lain. bagian yang di proyeksikan dapat di samakan skalanya dengan skala aslinya, di perbesar lima kali, atau di perkecil lima kali. bila di gunakan lensa khusus, pembesaranya atau pengecilanya dapat di tingkatkan menjadi tujuh kali.

2.2. Alat Pemindah Data Stereoskopik
            Ada dua keunggulan alat pemindah data stereoskopik yaitu: (1) dapat di hilangkanya pergeseran letak oleh tilt dan topografi, dan (2) tidak selalu di perlukan deliniasi stereoskopik sebelum pemindahan datanya (paine, 1981) , selanjutnya paine membedakan alat ini atas dua kategori yaitu: (1) alat yang menggunakan diapositif, light (1980) juga membedakan alat ini atas dua kategori yaitu: (1) jenis stereometer, dan (2) proyeksi ortografik. untuk perbincangan ini akan di ikuti pembagian oleh paine.

2.2.1..Alat stereoskopikkan pada dengan cetakan pada kertas
Cetakan pada kertas yaitu citra yang dicetak dengan kertas,bukan diaposit atau bukan transparan lainnya.Alat ini ketelitiannya lebih rendah bila dibanding dengan alat yang menggunakan diapositif.Karena tidak dapat menghilangkan tilt, alat ini hanya dipakai untuk foto foto yang benar-benar vertikal.Alat ini dapat menghilangkan pergeseran letak topografik.
Ada lima jenis alat yang menggunakan cetakan pada kertas dan diutarakan dalam perbincangan ini, yaitu: (a) stereo contour plotter, (b) ‘stereopret’, (c) ‘KEK plotter’, (d) ‘radial line plotter’ dan (e) ‘stereo Zoom Transfer Scope’.
a)      Stereo contour plotter
            Alat ini dulu disebut stereocomparagraf. ia terdiri dari stereoskop cermin dan batang paralaks yang dijadikan satu unit. Alat ini seriang diikatkan pada batang penggambar sehingga secara bersama dapat digerakkan untuk menyiam seluruh model stereo.
b)      Stereopret
            Stereopret terdiri dari stereoskop dengan pengamatan miring, batang pralaks, penyangga foto stereo yang dapat digerakkan,pelat penyangga alat, permukaan untuk penggambaran, dan pantograf dengan perubahan skala 1:0.2 hingga 1:2.5.
c)      KEK plotter
            Alat ini merupakan salah satu contoh alat jenis paralaks batang yang mampu menghilangkan tilt dan pergeseran letak topografik.ia terdiri dari stereoskop cermin, batang paralaks, dan sepasang penyangga foto yang dapat disetel.KEK plotter ini dapat digunakan untuk membuat peta kontur yaitu dengan menggunakan pemegang pensil yang diikatkan pada alat ini.
d)     Radial line plotter
            Radial line plotter dapat digunakan untuk pemindahan data sambil menghilangkan pergeseran letak topografik, tetapi tidak dapat menghilangkan kesalahan oleh tilt. Perubahan skalanya hanya dapat dilakukan dengan pembesaran atau pengecilan sedikit saja (Paine, 1981).
Cara kerja alat ini mendasarkan atas prinsip garis radial, yaitu bahwa pergeseran letak topografik bersifat radial terhadap titik nadir. Titik yang terletek di atas bidang acuan letaknya tergeser menjauhi titik nadir. Pada foto vertikal maka titik nadir berimpit dengan titik pusat foto. Pada foto stereo, tiap titik tergambar dua kali yaitu satu pada foto kiri dan lainnya pada foto kanan. Pada umumnya alat ini dirancang untuk revisi peta, pengembangan daerah urban, dan penerapan lainnya di bidang kehutanan, geologi, kepurbakalaan, dan untuk mengajar.
e)      Stereo Zoom Transfer Scope
            Kemampuan stereo Zoom Transfer Scope sama dengan kemampuan Zoom Transfer Scope yang telah diutarakan pada butir 7.3.1.Bedanya ialah bahwa ia menggunakan pasangan foto stereo untuk mempereoleh gambaran tiga dimensional.
2.2.2. Alat stereoskopik dengan diafositif
            Instrumen ini sering disebut double-projection stereoplotter.
            Peta yang dihasilkan pada umumnya merupakan peta teliti.Instrument ini dapat menghilangkan pergeseran letak tofografik dan kesalahan oleh tilt.Beberap alat yang dilengkapi dengan komputer mini bahkan dapat menghilangkan kesalahan oleh distorsi lensa (Paine, 1981): Paine membedakan instrument ini atas tiga kategori yaitu :1.’direct optimal projection instrument’, 2.instrument optik mekanik, dan 3. Instrument otomatik.Dari ketiga jenis instrument ini maka stereosplotter yang otomatik mempunyai keunggulan dalam hal kecepatan, biaya yang lebih rendah bila dihitung dalam jangka panjang, dan ketelitian yang lebih akurat.
2.3. Alat Analisis Digital
            Ada empat persyaratan utama untuk dapat dilaksanakannya analisis digital data penginderaan jauh dengan menggunakan komputer, yaitu: (1) ketersediaan data penginderaan jauh nilai spektralnya dinyatakan di dalam bentuk digit, terutama data multispektral, (2) teknologi komputer yang canggih, (3) algoritma yang dapat diterapkan bagi penginderaan jauh, dan (4) metodologi atau strategi untuk analisis (Maurel, 1985).   
            Sensor elektronik untuk membuahkan data digital baru dikembangkan pada dasawarsa 1960-an.Komputer untuk pemrosesan data digital juga baru dikembangkan pada tengah dasawarsa 1960-an.Oleh karena itu analisis digital data penginderaan jauh secara efektif  baru mulai dilaksanakan pada dasawarsa 1970-an (Maurel. 1985)Pada dasawarsa 1980-an ini , komputer untuk pemrosesan data digital penginderaan jauh telah tersedia dengan beraneka ragam dan jenisnya.Alat ini pada dasarnya terdiri dari komputer untuk maksud umum yang dilengkapi  dengan beberapa bagian khusus untuk penginderaan jauh dengan tiga fungsi utama, yaitu: (1) perolehan data, termasuk perolehan dengan jalan konversi dari bentuk gambar (analog, visual) ke bentuk digital agar dapat diproses dengan menggunakan komputer, (2) pemrosesan data yang berkisar dari penajaman data individual secara sederhana untuk perbaikan peragaannya, hingga pemrosesan yang rumit seperti misalnya klasifikasi multispektral, dan (3) peragaan data baik peragaan pada layar maupun pada ‘hard copy’ misalnya film atau mosaik foto bagi daerah yang luas (Green, 1983).
            Dypix System. Sistem ini terdiri dari enam bagian yaitu: (1) PDP-11 mini komputer dengan disk untuk menyimpan data hingga 90 megabytes atau 1.000 files, (2) unit penggerak pita(tape drive unit) dengan kemampuan 800/1.600 BPI (bit per inchi), (3) terminal bagi operator yang terdiri dari sebuah key board, (4) peraga video atau ‘interactive color monitor’ yang berupa sebuah layar untuk meragakan hasil pemrosesan (resplusi layar sebesar 489 garis x 528 titik), (5) ‘graphic tablet’ untuk melakukan kontrol langsung atas peragaan data / citra, yang fungsinya meliputi ‘zoom’, ‘roam’, perubahan skala, peragaan gambar, perpindahan cursor, peragaan tema, pemilihan warna, dsb, dan (6) ‘line printer / plotter’ yaitu alat untuk membuahkan hard copy.
            Pekerjaan pemrosesan data digital penginderaan jauh terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu: (1) pra-pemrosesan, (2) pemrosesan, dan (3) keluaran (Green, 1983).
2.3.1 Pra-pemrosesan
            Pekerjaan pra-pemrosesan meliputi dua kegiatan, yaitu: (1) perolehan data, dan (2) rektifikasi data.
1)      Perolehan data, meliputi:
a)      Telemetri (penerimaan data dari satelit) dan komunikasi.
b)      Dekompresi.
c)      Penyiaman film.
d)     Digitasi video.
e)      Digitasi grafik.
f)       Definisi atribut.
g)      Pembuatan citra.
h)      Pembuatan citra dari masukan sumber data dua dimensiaonal.
2)      Rektifikasi data meliputi:
a)      Koreksi distorsi radiometrik.
b)      Koreksi distorsi geometrik
c)      Rektifikasi kartografik.
d)     Penghapusan ‘noise’ atau gangguan di dalam penginderaan.
2.3.2 Pemrosesan
            Pemrosesan data terdiri dari lima kegiatan, yaitu:
1)      Penajaman, meliputi:
a)      Manipulasi kontras.
b)      Pembentukan warna semu.
c)      Memadukan warna.
d)     Pemfilteran spasial.
e)      ‘Contouring’ atau pembuatan garis tinggi.
f)       ‘Blt slicing’ atau perincian bit.
g)      ‘Theresholding’ atau penentuan nilai ambang.
2)      Transformasi geometrik, meliputi:
a)      Pengubahan proyeksi.
b)      Registrasi.
c)      Analisis stereo.
d)     Stereo buatan.
3)      Pemrosesan radiometrik, meliputi:
a)      Koreksi sudut elevasi matahari.
b)      Pembedaan gambaran (image differencing).
c)      Peragaan dengan warna asli.
d)     Analisis polarisasi.
e)      Koreksi atmosferik.
4)      Pemrosesan frekuensi, meliputi:
a)      FFI.
b)      Pemfilteran.
c)      Spektra satu dimensional.
d)     Kompensasi gerakan.
e)      Restorasi resolusi.
5)      Penyadapan informasi meliputi:
a)      Analisis stereo
b)      Klasifikasi multispektral
c)      Analisis gerakan.
d)     Penghitungan sifat radiometrik permukaan.
e)      Tekstur.
f)       Deteksi tepi (edge detection).
g)      Pengenalan pola.
h)      Korelasi terhadap data dasar bukan citra.
2.3.3 Keluaran
            Pekerjaan untuk membuahkan keluaran meliputi sepuluh kegiatan,yaitu:
1)      Anotasi.
2)      Tumpang tindih grafik (graphic overlay).
3)      Kemampuan manipulasi intraktif.
4)      Fungi perubahan rona/warna
5)      Penentuan format.
6)      Kemampuan membentuk karakter/vektor.
7)      Konversi perubahan vido digital ke analog.
8)      Konversi bentuk digital ke film.
9)      Konversi bentuk digital langsung ke hard copy.
10)   Pembuatan masukan data dasar.   





BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
            Dalam Interprestasi citra banyak jenis-jenis alat yang gunakan. Dimana masing-masing alat ini mempunyai kekurangan maupun kelebihan. Sebagai berikut (1) Alat pemindah data Planimetrik. Alat pemindah data Planimetrik dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1) alat yang berdasarkan atas prinsip kamera lusida  atau jenis kamera lusida dan 2) Proyektor optic. (2). Alat Pemindah Data Stereoskopik. Ada dua keunggulan alat pemindah data stereoskopik yaitu: (1) dapat di hilangkanya pergeseran letak oleh tilt dan topografi, dan (2) tidak selalu di perlukan deliniasi stereoskopik sebelum pemindahan datanya (paine, 1981) , selanjutnya paine membedakan alat ini atas dua kategori yaitu: (1) alat yang menggunakan diapositif, light (1980) juga membedakan alat ini atas dua kategori yaitu: (1) jenis stereometer, dan (2) proyeksi ortografik. untuk perbincangan ini akan di ikuti pembagian oleh paine. (3). Alat analisis digital Ada empat persyaratan utama untuk dapat dilaksanakannya analisis digital data penginderaan jauh dengan menggunakan komputer, yaitu: (1) ketersediaan data penginderaan jauh nilai spektralnya dinyatakan di dalam bentuk digit, terutama data multispektral, (2) teknologi komputer yang canggih, (3) algoritma yang dapat diterapkan bagi penginderaan jauh, dan (4) metodologi atau strategi untuk analisis. Pekerjaan pemrosesan data digital penginderaan jauh terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu: (1) pra-pemrosesan, (2) pemrosesan, dan (3) keluaran (Green, 1983).

3.2. Saran

            Kita sebagai Mahasiswa jurusan pendidikan geografi menjadi suatu keharusan untuk  mengenal dan memahami alat-alat dalam pemindahan data interpretasi citra. Dan hendaknya kita mengetahui dan memahami masing-masing alat ini memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http://images.google.co.id/imglanding?q=alat penginderaan jauh&imgurl.2010 diakses pada tanggal 4 mei 2010
Anonim. http://images.google.co.id/imglanding?q=kamera lucida&imgurl. 2010 diakses pada tanggal 4 mei 2010
Anonim. http://images.google.co.id/imglanding?q=zoom transfer scope&imgurl. 2010 diakses pada tanggal 4 mei 2010
Anonim. http://www.fao.org/docrep/x5345e/x5345e09.jpg. 2010 diakses pada tanggal 4 mei 2010
Anonim. http://images.google.co.id/imglanding?q=proyektor optik&imgurl. 2010 diakses pada tanggal 4 mei 2010
Anonim. ttp://images.google.co.id/imglanding?q=kek plotter&imgurl. 2010 diakses pada tanggal 4 mei 2010
Anonim. www.plotperfect.com/plotter-kit. 2010 diakses pada tanggal 4 mei 2010
Sutanto. 1992 : Penginderaan Jauh. Cet. 2.Yogyakarta, Gajah Mada University Pres
                                                              

                                 















Hasil diskusi kelompok 11
Judul makalah : ALAT PEMINDAHAN DATA  HASIL INTERPRETASI CITRA
Soal
1.      Alat pemindah data planemetrik dapat di bagi menjadi 2. Sebutkan dan jelaskan perbedaanya?
2.      Jenis alat sterioskopik ada 5, jelaskan masing-masing alat tersebut! Apabila salah satu alat tidak ada, apakah ada pengaruh terhadap hasil interpretasi citra?
3.      Mengapa stereo contour plotter Insrtumennya dapat menghilangkan pergeseran letak topografik dan kesalahan oleh tilt ?

JAWABAN
1.Alat pemindah data Planimetrik
            Alat pemindah data Planimetrik dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1) alat yang berdasarkan atas prinsip kamera lusida  atau jenis kamera lusida dan 2) Proyektor optic.
1). Jenis Kamera Lusida
            Alat jenis ini telah lama digunakan, yakni sejak adanya foto udara. Pada alat ini kita mengamati dua gambaran tumpang tindih, yaitu hasil interpretasi citra dan peta dasar yang menyajikan gambaran yang sama atau sekurang-kurangnya menyajikan titik untuk menemukan letak obyek yang benar. Operator dapat menyetel alat ini hingga gambaran pada lembaran hasil interpretasi citra persis terletak pada gambaran pada peta dasar. Dengan demikian berarti ada koreksi letak obyek, artinya letak obyek  pada lembaran hasil interpretasi yang mungkin tergeser oleh topografi atau oleh Tilt, telah dikoreksi hingga tingkat ketelitian tertentu.
            Alat pemindah data jenis kamera lusida yang diutarakan pada buku ini ada empat buah yaitu: (a) sketsmaster vertical. (b) aero- sketchmaster (c) rectoplaningraph dan (d) zoom transfer scope.
a) Sketmaster vertical
            Alat ini mengunakan cermin semi transparan pada bagian pengamatan dan sebuah cermin diatas foto udara. Pengamat melihat pada peta dasar melalui ceermin semi transparan dan sekaligus melihat gambaran foto yang dipantulkan oleh cermin diatas foto itu. alat ini dapatdi tinggikan dan di rendahkan melalui penyangganya. untuk mengatur gambaran pada foto agar berimpit dengan gambaran pada peta yang dapat di bandingkan kedudukanyadengan jalan memutar sekrup pada kakinya. lensa di bawah cermin transparan dapat diganti dengan lensa lain yang daya pembesaranya berbeda-beda. hal ini perlu bila dalam pemindahan data hasil interpretasi citra diperlukan pembesaran atau pengecilan skala. sketsmaster vertical ini .
b) Aero- Sketchmaster
            Aero- Sketchmaster menggunakan prisma ganda pada bagian pengamatan dengan permukaan yang memantulkan dan mentranmisikan sinar secara penuh. ia di pegang oleh batang vertical yang diikatkan pada pelat penyangga. dengan menyetel ketinggian bagian pengamatan, ukuran dan skala peta yang harus di pindahkan dapat di sesuaikan. pelat pemegang foto dapat di gerakan ke segala arah.
pada alat ini pengamat mengamati foto udara yang terletak di ataspeta dengan kemiringan bagian pengamatan sebesar 45 alat ini di lengkapi dengan serangkaian lensa yang terdiri dari 14 buah. gerakan pemegang foto berkisar dari 4,7 inci hingga 13,4 inci. rasio skala foto dan skala peta berkisar dari 1:0,4 hingga  1:2,8.
c) Rectoplanigraph
            Alat ini menggunakan prisma ganda dengan permukaan yang memantulkan secara sempurna dan mentranmisikan seper dua sinar yang mengenalinya. ia dapat di gunakan dengan foto udara yang di buat dengan panjang focus dari 6 inci hingga 15 inci. penyangga fotonya dapat di putar hingga 360. alat ini juga dapat di gunakan untuk foto condong dengan kecondongan hingga 70 terhadap garis vertical.  Rectoplanigraph di sajikan pada gambar 7.33.

d) Zoom Transper Scope
            Zoom Transper Scope merupakan jenis kamera lusida yang memiliki beberapa keunggulan
yaitu : (1) pembesaran dengan zoom atau pergantian lensa, yaitu dari satu kali hingga empat kali,
(2) penyesuaian skala foto dan skala peta dapat di lakukan dengan tepat dan cepat, (3) dapat di gunakan dengan citra cetakan maupun tranparensi, (4) memungkinkan pemutaran citra, pembesaran yang berbeda sepanjang sumbu x dan sumbu y. , dan (5) ada dua jenis alat yaitu untuk pemindahan data planimetrik dan data stereoskopik (light, 1980 ;paine,1981) bagi citra yang skalanya kecil seperti citra landsat pun dapat di pindahkan datanya dengan Zoom Transper Scope ini.
2.1.2. Proyektor Optic
            Memantulkan gambaran pada foto ke peta. pantulanya dapat diarahkan ke bawah yaitu peta yang di letakan di meja, atau pada bagian belakang permukaan kaca buram. bila di proyeksikan ke kaca buram, peta harus sekurang-kurangnya harus bersifat semi transparan agar di mungkinkan penggambaranya. kedua jenis proyektor optic ini memerlukan ruang gelap (paine, 1981)
proyektor optic digunakan untuk memindahkan data dari foto udara vertical.
keunggulan alat ini adalah: , (1) perubahan skalanya atau pembesaranya cukup besar, (2) daerah kerjanya luas dan memperoleh penyinaran cukup terang, dan (3) posisi kerjanya enak. 
kelemahanya ialah: , (1) ukuran alatnya besar, (2) memerlukan ruang gelap atau setengah gelap, operasi kerjanya mahal, dan (3) tidak ada koreksi terhadap tilt (estes dan simonett, 1975)
ada dua alat proyektor yang di kemukakan di sini yaitu : (a) proyektor pantulan buatan kail, dan (b) map-0-graph.
(a) proyektor pantulan buatan kail
            Alat ini merupakan proyektor pantulan ganda yang di buat pada sebuah meja. foto di letakan di kaca sebelah kiri dengan menghadap ke bawah. gambarnya di proyeksikan pada kaca sebelah kanan. foto yang di proyeksikan boleh berupa foto cetakan yang tak tembus cahaya, akan tetapi bahan yang di gunakan untuk menggambarkan harus berupa bahan transparan atau semi transparan.
alat ini di buat dengan dua metode yaitu metode k-3 dan model k-5. ukuran proyektor model k-3 ialah panjang 6 kaki dan tinggi 3 kaki. perubahan skalanya ialah pengecilan sebesar 3:1 atau pembesaran 1:3. kaca tempat foto pada model k-5 berukuran 14 inci x 14 inci. sedangkan kaca tempat penggambaranya berukuran 14 inci x 36 inci. pembesaranya dan pengecilan skalanya ialah 4,5:1 dan 1:4,5 ukuran proyektor optic  model k-5 ialah tingginya 3 kaki, panjang 8 kaki  dan lebar 3 kaki (light, 1980).
(b) Map-O-Graph
            Model 55 memproyeksikan citra berukuran 11 inci x 11 inci. bukan hanya citra yang dapat di proyeksikan, melainkan juga peta, atau dokumen lain. bagian yang di proyeksikan dapat di samakan skalanya dengan skala aslinya, di perbesar lima kali, atau di perkecil lima kali. bila di gunakan lensa khusus, pembesaranya atau pengecilanya dapat di tingkatkan menjadi tujuh kali.

2.2. Alat Pemindah Data Stereoskopik
            Ada dua keunggulan alat pemindah data stereoskopik yaitu: (1) dapat di hilangkanya pergeseran letak oleh tilt dan topografi, dan (2) tidak selalu di perlukan deliniasi stereoskopik sebelum pemindahan datanya (paine, 1981) , selanjutnya paine membedakan alat ini atas dua kategori yaitu: (1) alat yang menggunakan diapositif, light (1980) juga membedakan alat ini atas dua kategori yaitu: (1) jenis stereometer, dan (2) proyeksi ortografik. untuk perbincangan ini akan di ikuti pembagian oleh paine.

2. Alat stereoskopikkan pada dengan cetakan pada kertas
Cetakan pada kertas yaitu citra yang dicetak dengan kertas,bukan diaposit atau bukan transparan lainnya.Alat ini ketelitiannya lebih rendah bila dibanding dengan alat yang menggunakan diapositif.Karena tidak dapat menghilangkan tilt, alat ini hanya dipakai untuk foto foto yang benar-benar vertikal.Alat ini dapat menghilangkan pergeseran letak topografik.
Ada lima jenis alat yang menggunakan cetakan pada kertas dan diutarakan dalam perbincangan ini, yaitu: (a) stereo contour plotter, (b) ‘stereopret’, (c) ‘KEK plotter’, (d) ‘radial line plotter’ dan (e) ‘stereo Zoom Transfer Scope’.
f)       Stereo contour plotter
            Alat ini dulu disebut stereocomparagraf. ia terdiri dari stereoskop cermin dan batang paralaks yang dijadikan satu unit. Alat ini seriang diikatkan pada batang penggambar sehingga secara bersama dapat digerakkan untuk menyiam seluruh model stereo.
g)      Stereopret
            Stereopret terdiri dari stereoskop dengan pengamatan miring, batang pralaks, penyangga foto stereo yang dapat digerakkan,pelat penyangga alat, permukaan untuk penggambaran, dan pantograf dengan perubahan skala 1:0.2 hingga 1:2.5.
h)      KEK plotter
            Alat ini merupakan salah satu contoh alat jenis paralaks batang yang mampu menghilangkan tilt dan pergeseran letak topografik.ia terdiri dari stereoskop cermin, batang paralaks, dan sepasang penyangga foto yang dapat disetel.KEK plotter ini dapat digunakan untuk membuat peta kontur yaitu dengan menggunakan pemegang pensil yang diikatkan pada alat ini.
i)        Radial line plotter
            Radial line plotter dapat digunakan untuk pemindahan data sambil menghilangkan pergeseran letak topografik, tetapi tidak dapat menghilangkan kesalahan oleh tilt. Perubahan skalanya hanya dapat dilakukan dengan pembesaran atau pengecilan sedikit saja (Paine, 1981).
Cara kerja alat ini mendasarkan atas prinsip garis radial, yaitu bahwa pergeseran letak topografik bersifat radial terhadap titik nadir. Titik yang terletek di atas bidang acuan letaknya tergeser menjauhi titik nadir. Pada foto vertikal maka titik nadir berimpit dengan titik pusat foto. Pada foto stereo, tiap titik tergambar dua kali yaitu satu pada foto kiri dan lainnya pada foto kanan. Pada umumnya alat ini dirancang untuk revisi peta, pengembangan daerah urban, dan penerapan lainnya di bidang kehutanan, geologi, kepurbakalaan, dan untuk mengajar.
j)        Stereo Zoom Transfer Scope
            Kemampuan stereo Zoom Transfer Scope sama dengan kemampuan Zoom Transfer Scope yang telah diutarakan pada butir 7.3.1.Bedanya ialah bahwa ia menggunakan pasangan foto stereo untuk mempereoleh gambaran tiga dimensional
               Pengunaan alat tersebut harus disesuaikan dengan perminta Si pemakai atau pengguna  lahan sehingga dapat disesuaikan  alat mana yang cocok dan tepat digunakan  untuk mengkaji suatu obyek secara spesifik.Contoh ; Apabila Si pngguna lahan meminta data yang berupa gambaran tiga dimensi dapat dipakai stereo zoom transfer scope

3.Pengruh eksternal yang meliputi :
-Tenaga elektromagnetik yang tidak mencukupi
-Kualitas dan kuantitas alat yang kurang memadai
-Keadaan topografi
-Faktor manusia
   Pengaruh internal :
-Pergeseran yang terbatas
-Daya tangkap yang tidak mencukupi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar