Faktor
Penyebab Konversi Lahan Sawah
Ditinjau menurut prosesnya, konversi
lahan sawah dapat pula terjadi: (a) secara gradual, (b) seketika (instant).
Alih fungsi secara gradual lazimnya disebabkan fungsi sawah tidak optimal.
Umumnya hal seperti ini terjadi akibat degradasi mutu irigasi atau usaha tani
padi di lokasi tersebut tidak dapat berkembang karena kurang menguntungkan.
Alih fungsi secara instant pada umumnya berlangsung di wilayah sekitar
urban, yakni berubah menjadi lokasi pemukiman atau kawasan industri (Sumaryanto
dkk, 1995).
Menurut
Pasandaran (2006) dalam Lestari (2009) menjelaskan paling tidak ada tiga
faktor, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang merupakan determinan
konversi lahan sawah, yaitu:
1. Kelangkaan sumberdaya lahan
dan air
2.
Dinamika pembangunan
3.
Peningkatan jumlah penduduk
Menurut Irawan
(2005) menyatakan konnversi lahan pertanian pada dasarnya terjadi akibat adanya
persaingan dalam pemanfaatan lahan pertanian dengan non-pertanian. Sedangkan persaingan dalam pemanfaatan lahan
tersebut muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu : a)
keterbatasan sumberdaya lahan, b) pertumbuhan penduduk, dan c) pertumbuhan
ekonomi.
c) Dampak Konversi lahan Sawah
Dampak
negatif akibat konversi lahan sawah merupakan akibat lanjutan dari rusaknya
ekosistem sawah. Sampai saat ini memang belum ada suatu penelitian yang secara
komprehensif mengkaji persoalan ini. Tak dapat diingkari bahwa untuk wilayah
tropis maka fungsi sawah pada musim penghujan bukan sekedar lahan yang
dipergunakan untuk budi daya padi, tetapi juga merupakan hamparan yang efektif
untuk menampung kelebihan air limpasan. Secara teknis, areal persawahan telah
dikembangkan sedemikian rupa sehingga sebagian dari air limpasan tertampung di
areal persawahan dengan tinggi genangan yang tidak berdampak negatif terhadap
pertumbuhan tanaman padi
(Sumaryanto dkk, 1995).
Dilihat
dari sudut pandang sosial ekonomi, konversi lahan sawah yang terjadi pada suatu
hamparan yang cukup luas dengan sendirinya mengubah struktur kesempatan kerja
dan pendapatan komunitas setempat. Sudah barang tentu sebagian dari mereka
justru mengalami perbaikan kesejahteraan, terutama bagi pemilik lahan yang
sejak semula merupakan bagian dari lapisan atas penduduk setempat. Untuk golongan
bawah (terutama buruh tani) yang terjadi adalah sebaliknya. Sebagian besar dari
mereka tidak dapat secara otomatis beralih pekerjaan atau usaha ke sektor
nonpertanian sehingga yang terjadi kemudian adalah kondisi semakin sempitnya
peluang usaha yang mereka hadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar